Rasulullah, Sudahkah Saya Mengenalnya Dengan Baik?

Kemarahan Yang Bijak Terhadap Film Penghina Rasulullah itulah judul selebaran yang saya dapatkan pada Jumat Pagi di lampu merah Jl. AP. Pettarani (Fly Over). Sekelompok ikhwan berorasi dan sebagiannya lagi membagikan selebaran tersebut kepada pengendara motor dan pengemudi mobil yang ada di tempat itu. Ya, sebuah aksi simpatik Dep. Dakwah DPP Wahdah Islamiyah.



Membaca judulnya saja saya sudah tertarik. Sudah pasti bisa ditebak isinya tentang sikap kita terhadap film bernuansa SARA yang belakangan ini membuat ummat muslim di seluruh dunia gusar karenanya. Berbagai protes dan demonstrasi mengecam film tersebut bahkan ada yang menanggapinya dengan kekerasan. Misalnya saja Protes di Kantor Konsulat AS di Benghazi, Libya menewaskan empat warga AS, termasuk Duta Besat Christoper Stevens. Di Tunisia, sedikitnya 28 demonstran luka-luka dan 3 orang meninggal dunia. Di Sudan, korban jiwa sebanyak 3 orang. Di Yaman, empat orang pemrotes meninggal dunia dan 48 orang luka berat. Di Mesir, 53 polisi alami luka-luka ketika bentrok dengan pemrotes. (sumber : Tempo).

Chat BBM saya juga penuh dengan Broadcast yang mengecam hal tersebut mulai dari menyebarkan message tersebut sampai memasang foto Blackberry Profile dengan gambar bertuliskan protes terhadap penghinaan kepada Rasulullah. Terus terang saya tidak pernah menanggapi pesan dan himbauan tersebut karena saya sendiri merasa ganjil dengan pesan-pesan tersebut. 

Bukannya saya cuek ataukah sebagai umat muslim saya tidak merasa tersinggung karena ada sekelompok orang yang menghina Rasulullah. 
Secara pribadi saya juga marah tapi saya bertanya dalam hati, bagaimanakah sikap Rasullah terhadap orang yang menghina dirinya? Apakah beliau marah dan balik menghina? Apakah beliau memukul dan berbuat anarkis kepada orang yang menghinanya?
Saya jadi teringat sebuah kisah teladan Rasulullah dan pengemis Yahudi buta. Berikut kisahnya :

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang beliau wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar R.A berkunjung ke rumah Aisyah. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?". Aisyah pun menjawab pertanyaan ayahnya "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah itu" tanya Abubakar R.A. "Setiap pagi Rasulullah SAW pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana" kata Aisyah.

Keesokan harinya Abubakar R.A pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Ketika Abubakar mulai menyuapinya si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu?". Abubakar menjawab "Aku orang yang biasa". "Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku" Jawab pengemis itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini menguyah. Orang yang biasa datang itu menyuapiku tapi terlebih dahulu dihaluskan makanan itu setelah itu ia berikan kepadaku" Pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata "aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah mendengar cerita Abubakar RA pengemis itupun menangis dan berkata "Benarkah demikan? selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia". Akhirnya pengemis buta tersebut bersyahadat di hadapan Abubakar R.A.

Subhanallah, sungguh mulia sikap Rasulullah SAW. Beliau tidak marah dan balik menghina pengemis tersebut. Rasulullah SAW membalasnya dengan menunjukkan kemuliaan akhlaknya. Mengapa kita sebagai ummatnya tidak meneladani akhlak mulia beliau?
Marah dan protes itu wajar, tapi jangan sampai kita melakukan hal-hal yang anarkis. Bukankah itu yang mereka inginkan? Memancing kita, membuat kita marah dan membuat aksi brutal sehingga kita ummat islam dicap sebagai orang-orang anarkis bahkan gembong teroris.

Ok, kembali ke selebaran yang saya dapatkan tadi. Setelah naik di pete-pete (Angkutan Umum), saya pun membacanya dengan seksama. Subhanallah isinya sangat bagus awalnya saya pikir selebaran ini berisi hal-hal yang berbau provokatif. Ternyata saya salah besar, isinya sangat menarik dan inspiratif saya sendiri sampai menangis membacanya.


Halaman 1


Halaman 2

Apa yang membuat saya sampai menangis membacanya? Karena saya merasa disentil oleh beberapa paragraf dari selebaran tersebut.

Tentu saja kemarahan kita bukan kemarahan yang merusak, kemarahan kita tidak akan membuat kita menyakiti orang-orang yang tidak bersalah. Kemarahan kita adalah kemarahan yang sejalan dengan tuntunan Allah dan RasulNya.

Ingatlah bahwa sebab utama kebencian mereka kepada Rasulullah SAW karena mereka tidak mengenal beliau dengan benar. Karena itu, kemarahan kita seharusnya mendorong dan memotivasi kita untuk bergerak dan berperan menjadi agen-agen yang memperkenalkan Rasulullah SAW  kepada dunia.

Momentum ini seharusnya menjadi kesempatan emas kita menyebarkan semua kebaikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Gunakan Blog, Facebook, Twitter, dan media apapun yang anda miliki untuk misi ini. Misi menyebarkan sosok pribadi dan ajaran mulia Rasulullah Muhammad SAW!

Kemarahan ini seharusnya diawali dengan upaya kita sendiri untuk lebih mendalami tentang kekasih kita ini, dan juga mendalami sunnah-sunnah yang diwariskan kepada kita. Jangan sampai kita marah kepada orang lain, lalu melupakan bahwa kita sendiri sebenarnya belum terlalu mengenal sosok dan ajaran Rasulullah SAW dengan baik.

Karena itu buktikanlah kemarahan itu dengan memulainya dari diri sendiri, lalu kepada keluarga kita, kemudian orang-orang di sekeliling kita. Inilah saatnya memulai gerakan "Mengenal Rasulullah dan sunnahnya"

Saya merasa tersindir dan membatin, saya memiliki blog lalu apakah pernah saya memposting tentang sosok pribadi dan ajaran Rasulullah SAW? ingatan dan hatiku berkata "Tidak pernah", atau dan kalaupun ada itu hanya kutipan beberapa hadist Rasulullah, jika dipresentasekan mungkin hanya 1-2% dari tulisan saya. Astagfirullah, betapa egoisnya saya. Di blog Nunu Sang Pemimpi  saya hanya menulis tentang curhatan saya, pengalaman-pengalaman, dan tulisan-tulisan tentang lomba-lomba yang saya ikuti.
Lalu apa yang saya tulis di status-status Facebook dan Twitter? Hatiku menjawab cuma kegalauan, keluhan, update lokasi dimana saya berada, dan berbagai status ga penting lainnya.
Mengapa saya tak pernah terpikir untuk menulis berbagai hal tentang Rasulullah? Tentu banyak kisah Inspiratif dari beliau yang patut kita teladani sebagai ummatnya. Saya merasa bersalah dan malu kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Apakah saya sudah mengenal sosok Rasulullah dengan baik? Seberapa jauh saya mengenal beliau? Bagaimana kisah hidupnya? dan apa saja ajaran-ajaran mulianya? Apakah saya mencintai beliau? Seberapa besar cintaku terhadapnya? 

Astagfirullah, saya memang mengenal Rasulullah tapi belum tentu saya mengenal sosok beliau dengan sangat baik. Saya mungkin hanya tahu sebagian kecil dari kisah hidupnya yang sangat inspiratif. Lalu bagaimana dengan sunnah-sunnahnya apakah saya sudah mengamalkannya? Saya rasa tidak, masih banyak sunnah yang belum ku ketahui dan sunnah-sunnah yang telah kuketahui belum tentu saya mengamalkan dengan baik atau bahkan tak mengamalkannya. 

Satu hal yang membuatku takut, ada sebuah pertanyaan yang mungkin mudah menjawabnya saat ini tapi belum tentu di alam kubur kelak kita akan menjawabnya dengan baik dan benar. Ketika malaikat Mungkar dan Nakir bertanya kepada kita "Wa maa hadzaar rujululladzi bu'itsa fiikum? dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?"


5 comments

  1. Salam.
    Postingan yang mantap sist, mungkin banyak yang seperti saya, marah ketika ada yang menjelek-jelekan Rasullah, tapi keseharian sangat jauh dari ajarannya. Mudah2han bukan hanya sikap fanatik yang dimiliki oleh seorang muslim, tetapi juga konsistensi dalam menjalankan ajaran-ajarannya. Amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Marah itu wajar, itu artix kt memiliki rasa cinta kepada Allah dan RasulNya. sebaikx kt bijak dalam mengelola amarah kt dan jadikan Rasulullah sbg pedoman akhlak kt

      Delete
  2. marah dan benci boleh dan memang itu diharuskan sebagai bukti cinta kita kepada Rasul tapi yang paling penting adalah bagaimana etika meluapkan kemarahan tersebut.. karena seringnya luapan emosi terhadap masalah ini akan menjadikan islam lebih tercoreng dengan sikap radikal dan anarkisme sebagian ummat yang berlebihan dalam penyikapannya :)

    ReplyDelete
  3. Tentu saja kita boleh marah jika panutan kita yang mulia difitnah..
    Namun patut kita cermati juga bagaimana cara kita mengungkapkan kebenarannya.. Jika kita terpancing untuk balas mencaci maki, mengeluarkan segala sumpah serapah kepada si penghina, tentunya kita menjadi sama saja dengan mereka..

    Sudah sepatutnya kita meniru sang junjungan kita, Nabi Besar Muhammad, dengan tidak membalas kejahatan dengan keburukan pula, melainkan dengan menunjukkan kemuliaan dan kebaikan akhlak kita. = ]

    ReplyDelete

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam