"Sales"
"Marketing"
"Pedagang"
Adalah kata yang mungkin bagi golongan kiri (maksudnya bagi orang yang yang dominan memakai otak kiri) mereka selalu konotasikan "Negatif"
"Sales??? Ga banget deh"
"Gue kan sarjana, masa ujung-ujungnya jadi sales. Gengsi dong"
"Percuma sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jualan di pasar juga. Kalau mau jadi pedagang walaupun tamat SD juga bisa, yang penting sudah bisa membaca dan berhitung"
Kalimat negatif dan sinis seperti itu pastinya sering kita dengar kan?
Tatanan sosial di lingkungan kita saat ini mengelompokkan status sosial tiap orang berdasarkan pekerjaan dan profesi yang mereka jalani misalnya PNS, Karyawan Swasta dan BUMN, pengusaha, nelayan, petani, pengacara, dan sebagainya. Orang-orang yang bekerja kantoran apalagi PNS dikelompokkan ke status sosial yang mapan. Sedangkan pekerjaan seperti Sales, Marketing, Pedagang, dan profesi lainnya yang berhubungan dengan jual menjual kadang dipandang sinis oleh sebagian masyarakat.
Kalau kita memperhatikan dengan baik dan mengamalkan hadist Rasulullah SAW kita sebenarnya tak boleh memandang sebelah mata terhadap orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari berdagang dan berjualan.
Sembilan dari sepuluh pintu rezeki berasal dari perdagangan
Nah, artinya pintu rezeki akan terbuka seluas-luasnya jika kita berdagang. Jadi kalau mau kaya jadi pedagang jangan jadi PNS hehehehe....
Kalau kita melihat riwayat hidup Rasulullah SAW, Nabi Muhammad SAW itu seorang Pedagang. Nah, harusnya kita sebagai followersnya Nabi Muhammad SAW meneladani beliau kan. Yup... kita jadi pedagang juga :)
Sharing pengalaman ya kawan ^^
Dulu saya juga berpandangan sinis tentang sales dan sebagainya. Tapi mungkin saya tak menyadari bahwa di usia belia saya sudah belajar untuk jualan.
Waktu zaman SMA dulu, ibu saya yang seorang Guru punya bisnis sampingan jualan Nasi Kuning (hehe... PNS ujung-ujungnya jualan juga kan, terbukti hadist Rasul) kenapa beliau jualan karena untuk menambah biaya pendidikan tiga orang anaknya.
Saya juga bantuin ibu saya jualan. Kebetulan dulu kan waktu SMA banyak les ini itu dan pulangnya sampe sore. Saya tawari teman-teman dekat saya. Mau beli nasi kuning ga buat bekal makan siang. Wal hasil teman-teman merespon dengan baik tawaran saya.
Jualan di sekolah? Rempong? Iya memang rempong. Mana bawa buku-buku catatan, buku-buku cetak, dan alat-alat tulis lainnya. Jadi disiasatin, nasi kuningnya saya simpan di tas dan buku-buku cetaknya saya pegang.
Bakat Marketing dan Negosiasi (alias lobi-lobi) dengan orang lain tak pernah saya sadari sebelumnya. Sampai akhirnya bakat itu dilihat oleh atasan saya waktu bekerja sebagai staff admin di salah satu percetakan di Jakarta.
Percaya ga percaya dengan diri saya. Saya tuh sebenarnya ga pinter ngomong, ngomong saja sengau. Tapi saya orang yang gampang bergaul walaupun awal-awalnya agak minderan.
Waktu itu saya ke tempat desain yang letaknya tidak jauh dari tempat kerja saya. Di tempat itu saya bertemu seorang bapak beretnis Tionghoa, usianya pada waktu itu mungkin sekitar 50 tahunan. Gayanya super duper nyentrik abis. Stylenya persis kayak orang-orang zaman 60-70an. Dengan rambut kribo ala Ahmad Albar, memakai kacamata riben aviator, style busananya mengingatkan saya pada penyanyi dangdut legendaris A Rafiq (yang lagunya kayak gini "Pandangan pertama... awal aku berjumpa... yihaaa... tarik mang), dan model sepatunya itu loh benar-benar unik dan jadul banget, sepatu pria pantofel zaman bahela yang haknya lumayan tinggi. Karena saya lupa nama bapak itu saya sebut saja A Rafiq Wannabe saja ya.
Oke kembali ke laptop, Bapak A Rafiq Wannabe itu ternyata seorang Chemist alias ahli kimia spesialis pembuatan kosmetik wanita (Saya juga lupa nama merek kosmetiknya apa, hadeh... masih muda udah pikun ya). Nah dia juga lagi mendesain dus untuk kosmetiknya tersebut. Sambil ngantri aku perhatiin desain apa saja yang mau di buat bapak tersebut. Ternyata dia mau buat desain klise dan desain pisau untuk dusnya "Ehhmmm... artinya bapak ini ujung-ujungnya mau finishing bikin klise, bikin pisau pond, poly, dan nge-pond, kenapa ga saya tawari saja finishing di tempat kerja saya". itu yang ada di pikiran saya. (Kalau saya nyebut istilah-istilah percetakan seperti klise, pisau pond, poly, dan pond pasti banyak yang kurang paham ya. Maaf kalau ga bisa jelasin panjang lebar di sini).
Saya pun memberanikan diri mendekati bapak tersebut. Sok kenal sok dekat hehehe...
"Pak desain itu mau di bikin klise dan di poli ya pak?"
"Iya dek"
"Kalau desain yang itu mau di bikin pisau pond ya pak?"
"Iya dek"
hehehe.. pasti dipikirannya berisik, bawel banget nih anak
"Udah dapat tempat untuk finishing cetakan bapak ?"
"Belum dek"
Ahaa... prospek yang bagus nih
"Pak ke tempat kerja saya saja pak. Disana finishingnya komplit. Mulai dari bikin klise, poly, pisau pond, pond, dan finishing akhir"
"Dekat kok pak dari sini" lanjut saya, saya makin nyerocos "Sekitar 5-6 ruko dari sini, iya kan mbak" saya nyolek desainer di samping saya.
"Jalan kaki juga bisa pak"
"Ohhh... iya..iya" A Rafiq Wannabe cuma manggut-manggut. Untungnya ga goyang leher india, hampir saya beri julukan lagi Amithabacan Wannabe
"Mbak bisa pinjam kertas dan pulpennya" Saya pun menulis nama percetakan tempat saya kerja dan alamat lengkapnya
"Ini ya pak alamat tempat kerja saya, saya tunggu kedatangannya ya pak :)"
"Ohhh... iya terima kasih dek"
Dan dua jam kemudian, tak disangka si bapak A Rafiq Wannabe itu ternyata benaran datang ke tempat kerja saya. Dan sejak saat itu dia menjadi pelanggan tetap di percetakan tempat saya bekerja dengan jumlah orderan yang selalu banyak.
Oke... kisah tentang A Rafiq Wannabe berakhir sampai di sini.
Sejak tahun lalu saya mulai belajar berbisnis/berdagang, dengan membantu mengelola butik kakak sepupu saya. Saya juga menjual barangnya secara online baik di BBM ataupun Facebook.
Setelah itu saya mulai berani berjualan pakaian dengan modal saya sendiri. Saat ini saya masih nebeng di butik kakak sepupu saya dengan sistem bagi hasil.
Sejak saat itu saya baru menyadari ternyata saya bisa jualan.
Dan berdagang itu manfaatnya bukan hanya materi tapi juga menambah kenalan dan teman baru, serta mempererat silaturahmi dengan keluarga dan kawan-kawan lama.
Begitu pula ketika saya memulai bisnis Oriflame untuk ketiga kalinya. Bulan pertama bergabung saya tak menyangka bisa mendapatkan 200bp lebih dalam beberapa hari saja. Waktu itu saya cuma investasi beberapa katalog. Menyebarkan katalog ke beberapa owner toko di Pasar Butung. Tanpa harus ngegombal ini itu tentang produk oriflame (karena sudah banyak yang tahu kualitas produk oriflame memang bagus). Alhamdulillah orderan pun datang.
Keterbatasan komunikasi yang saya miliki tidak membuat saya patah arang. Justru kalau kita minder dan menutup diri orang-orang tak akan berempati dan bersimpati dengan kita.
Pernah dengar tentang "Semesta Mendukung"
Ketika kita mulai membuka diri, menerima dan mensyukuri kekurangan kita. Orang-orang di sekeliling kita pun akan membuka dirinya untuk kita.
Ketika kita percaya akan kekuatan mimpi, ketika kita yakin akan kekuatan doa, dan kita bertawakkal kepada-Nya. Maka segala usaha dan upaya yang kita lakukan akan di-ridhoi olehNya.Segala yang ada di alam semesta ini akan mendukung kita meraih mimpi-mimpi.Trust it!
Jadi, jangan pernah takut dan malu untuk berjualan/berdagang.
Justru disitulah pintu rezeki dan silaturahim terbuka lebar :)
http://www.rahasianadiameutia.com/?id=passionbiz&s1=blog1161213