Polusi dan Kabut Asap Ancaman di Tengah Pandemi

 


 Jakarta VS Polusi


Lima tahun menetap di ibukota Jakarta tentunya saya sudah "akrab" dengan yang namanya polusi udara. Akrab dalam arti negatif karena polusi tentunya berdampak buruk bagi kesehatan kita. Pagi hari berangkat kerja dan sore hari ketika pulang dari kantor hampir selalu bertemu dengan yang namanya macet. Yup, lalu lintas kendaraan yang padat menyumbang 75% polusi udara di kota Jakarta. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan INRIX, Indeks kemacetan 2019 Indonesia mendapatkan peringkat 6 di Asia dan peringkat 10 di Dunia. Ah... bukan sebuah prestasi yang patut kita banggakan.

Ternyata eh ternyata menurut penelitian yang diterbitkan oleh Forum of International Respiratory Societies Enviromental Committer menyatakan bahwa polusi dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh dari kepala hingga ujung kaki, penyakit jantung, paru-paru, diabetes, dimensia, masalah hati, kulit rusak, kesuburan, janin maupun perkembangan anak. Wuihhh serem ya!

Ada fakta yang lain lagi nih. Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, polusi udara meningkat tiap tahunnya sejak 2016 hingga 2019. Hal ini berbanding lurus dengan kenaikan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Hadeh... apalagi di masa pandemi saat ini, dampaknya dapat meningkatkan resiko penularan COVID-19.

Sadar ga sih guys, polusi udara yang kita hirup selama ini bukan hanya berdampak bagi kesehatan tapi juga perubahan iklim. Pencemaran udara menyebabkan peningkatan efek rumah kaca Gas-gas yang lepas di udara membentuk layer gas rumah kaca dalam berbagai bentuk zat kimia yang pastinya beracun. Reaksi gas-gas ini yang menyebabkan perubahan iklim sehingga menambah pemanasan global, peningkatan temperatur dan pencemaran udara. Pantas ya, Jakarta udaranya kurang sejuk dan bikin gerah banget.





Jakarta di Masa PSBB


Tapi ada yang berubah dengan Jakarta ketika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona. Pergerakan manusia dibatasi, orang-orang dihimbau untuk tidak keluar kecuali untuk urusan yang penting, pusat perbelanjaan, rekreasi, hiburan, dan tempat yang bisa mengundang keramaian ditutup untuk sementara waktu. PSBB digalakkan dampaknya Polusi udara menurun dan kualitas udara Jakarta menjadi lebih baik. Selalu ada hikmah dibalik setiap musibah guys.

Selama dua bulan work from home, tiap minggu selalu ada satu hari dimana saya harus keluar rumah untuk urusan kerjaan. That was amazing, saya bisa menikmati lengangnya jalan kota Jakarta dan indahnya langit biru. Bumi Jakarta seperti sedang berelaksasi dari kebisingan dan asap dari kendaraan bermotor. 

Indahnya Langit Pagi Jakarta Selama Masa PSBB. Pic by Me dari Lantai 3 Kosan


Tapi itu hanya berlangsung dua bulan saja, ketika sekarang PSBB sudah mulai dilonggarkan, jalan mulai dipadati lagi oleh kendaraan bermotor dan polusi udara meningkat lagi. New Normal Jakarta mulai terbungkus asap polusi lagi. #sedih

Hutan dan Kabut Asap


Mari kita beralih ke daerah atau kota lain. Meskipun tidak sepadat dan semacet Jakarta, beberapa daerah di luar pulau Jawa juga terancam polusi udara. Penyebab utamanya bukan saja karena aktivitas kendaraan bermotor tapi juga karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pada tanggal 12 Juni 2020 yang lalu saya menonton acara bincang-bincang di Youtube KBR dengan tema Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi. Acara yang dipandu oleh mba Eka July tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu : Ibu Anis Aliati dari Ditjen Pengendalian  Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) dan Bapak Bambang Hero Saharjo (Guru Besar Perlindungan Hutan, Fakultas Kehutanan IPB). 

Memasuki musim kemarau, masyarakat Indonesia wajib waspada dengan bencana karhutla apalagi di tengah pandemi COVID-19. Ibu Anis mengungkapkan bahwa pantauan satelit Air Aqua 8 sampai dengan 11 Juni 2020 sudah terpantau 731 titik api. Provinsi dengan jumlah titik api terbanyak ada di Riau (263 titik api), Sulawesi Selatan (102 titik api), dan Kepuluan Riau (99 titik api).

Data Hotspot per Tanggal 20 Juni 2020. Sumber LAPAN Fire Hotspot

Berdasarkan penelitian faktor penyebab karhutla adalah 99% karena aktivitas manusia. Menurut pengamatan KLHK modusnya adalah pembukaan lahan yang dilakukan dengan pembakaran yang tidak terkendali yang dilakukan oleh oknum masyarakat dan korporasi. Pembukaan lahan biasa dilakukan untuk berbagai kepentingan misalnya penyiapan lahan untuk budidaya, pemukiman, dan untuk peruntukan lainnya.

Pak Bambang mengungkapkan dampak karhutla bagi masyarakat, berdasarkan hasil studi tahun 2015 oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau lebih kita kenal dengan NASA (The National Aeronautics and Space Administration) menyebutkan bahwa asap karena kebakaran gambut mengandung 90 senyawa gas yang berbahaya bagi manusia.   

Karhutla dalam jumlah yang masif yang menghasilkan asap tebal tentunya akan berdampak buruk pada jarak pandang dan gangguan pernapasan. Udara yang tidak bersih seperti ini akan meningkatkan resiko terpapar corona seperti yang diungkapkan oleh dr. Feni Fitriani, Ketua Pokja Paru IDI. Jika terjadi bencana asap maka akan ada beban ganda di tengah pandemi COVID-19 ini terutama bagi anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang-orang yang terdapat penyakit kronik seperti kanker paru, asma, darah tinggi,  dan stroke.

Apa Yang Harus Kita Lakukan?



Seperti yang sudah dijelaskan diatas, polusi udara hasil aktivitas kendaraan bermotor serta industri dan bencana kabut asap karena karhutla sama-sama menimbulkan efek negatif bagi kesehatan dan perubahan iklim, apalagi di masa pandemi ini, ancaman sudah ada di depan mata dan mau tidak mau harus kita tanggulangi bersama.

Peran Pemerintah
  • Membuat kebijakan-kebijakan yang lebih pro terhadap kelestarian lingkungan seperti pembatasan penjualan dan pemakaian kendaraan bermotor,  menambah armada angkutan umum seperti Trans Jakarta, dan moda transportasi lainnya yang lebih ramah lingkungan;
  • Fokus pada upaya pencegahan karhutla. Jika terpantau terdapat titik api, pihak-pihak terkait melakukan pemantauan langsung ke lokasi untuk mengecek titik api dan segera lakukan pemadaman;
  • Menguatkan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sehingga dapat bahu membahu menghadapi bencana karhutla;
  • Melakukan patroli terpadu dan mandiri antara KLHK dengan instansi/lembaga terkait
  • Melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat;
  • Tegas dan melakukan penegakan hukum bagi pelaku karhutla baik itu sanksi berupa administrasi, perdata, dan pidana;
  • Menyediakan anggaran khusus untuk penanganan karhutla;

Korporasi dan Masyarakat

  • Ketika korporasi melakukan kegiatan usaha yang terkait dengan karhutla, mereka wajib melindungi area yang mereka miliki dari kebakaran;
  • Perusahaan pemegang izin bisa melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pemberdayaan masyakarat;
  • Jika terjadi karhutla, sebaiknya gunakan masker yang sudah dibasahi dan batasi keluar rumah;
  • Bagi warga kota yang terdampak polusi udara, jangan lupa memakai masker apalagi di masa pandemi ini;  
     
Mengutip ayat Al-Quran tentang kelestarian alam :
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan merekaa, agar kembali ke jalan yang benar (Q.S Ar Rum : 41)

Cintailah apa yang ada di bumi maka yang di langit akan mencintaimu. Cintai alam ini, maka Allah akan ridho dan membuat bumi yang kita tinggali saat ini menjadi tempat yang nyaman untuk kita huni. Jangan lukai alam, karena alam akan balas melukaimu dengan cara yang lebih dahsyat.



Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini 



38 comments

  1. Cintailah apa yang ada di bumi maka yang di langit akan mencintaimu.

    dalemnya mbak nu..bener banget ini polusi dan kabut asap jadi ancaman kita bersama

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe dalem kayak sumur ya :D
      Ancaman didepan mata yang harus kita cegah sblm menjadi musibah besar

      Delete
  2. Semoga keadaan Jakarta di Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar dirasakan oleh semua warganya ya, Mbak. Semoga perlahan warga Jakarta mau beralih menggunakan transportasi umum. Tapi tentu di sisi lain, pemerintah harus segera menambah dan menjaga kualitas armada transportasi publik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, armada transportasinya mesti ditambah. karena percuma juga naik angkutan umum tapi didalam berdesak2an. menyalahi protokol kesehatan jg kan

      Delete
  3. Sama mba, aku tinggal di kabupaten bandung. Hari ini saja dapat gambar dari teman. Depan rumahnya sudah padat kendaraan bermotor, kebanyakan dari daerah luar kota yang mau pergi ke arah pegunungan. padahal 2 bulan yang lalu termasuk bisa menghirup udara segar.

    Tak ada yang bisa kami lakukan, selain berdoa semoga semua sehat2 selalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe... orang-orang jkt mulai liburan ke bandung lg ya mba

      Delete
  4. Aku yang hanya menonton tayangan TV dan gambar yang dibagikan tentang situasi Jakarta di masa PSBB aja takjub...ya ampun lengang dan langitnya cerah sekali. Memimpikan Jakarta seperti itu setiap hari....
    Semoga demikian juga tempat lain yang sering terusik dengan bencana karhutla. Yang jumlahnya masif dan menghasilkan asap tebal dan berdampak buruk pada jarak pandang dan gangguan pernapasan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jakarta langsung berubah mba ketika PSBB digalakkan, sebuah pemandangan langka

      Delete
  5. Sekarang kayaknya polusi udara sudah terjadi di mana-mana. Ya mungkin Jakarta lebih parah. Tapi di tempat tinggalku Kabupaten Madiun yang terbilang daerah juga sekarang tambah panas. Huuuhh...memang ini nggak cuma tanggung jawab pemerintah. Tapi kita sebagai masyarakat juga harus ikut berperan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes betul mba, tanda-tanda pemanasan global makanya gerah ya.

      Delete
  6. Bahaya sekali emang ya kalau udara sampe tercemar, akan banyak masalah kesehatan yg timbul gara2 udara yg gak bersih. Hiks..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul skali, pake masker saja blm tentu bisa menyaring udara dengan baik. Minimal bisa dikurangi

      Delete
  7. Wah ternyata dampak polusi sangat berbahaya sekali ya buat kesehatan.
    Iya mbak, sekarang kita harus peduli dengan keberadaan hutan. Sebab hutan menyediakan udara bersih dan merupakan habitatnya beragam satwa dan. Jika mengalami kebakaran maka manusia dan juga hewan yang akan sangat dirugikan. Hewan akan kehilangan habitatnya sedangkan asapnya akan menimbulkan gangguan pernapasan. Jadi diperlukan sinergi antara masyarakat dan juga pemerintahan untuk menjaga kelestarian hutan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Allah sudah menciptakan alam ini dengan seimbang, jangan sampai kita merusak keseimbangan tersebut, bisa jadi bencana nanti

      Delete
  8. Karhutla ini sering terjadi didaerahku sini mbak nunu, di pulau Kalimantan juga�� Tahun kemarin parah sekali, pagi hari yang biasanya kita segar untuk menghirup udara pagi tapi waktu itu, hanya bau bebakaran yang bisa kita hirup��

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ya mba kalimantan juga parah ya karhutla-nya. Semoga tahun ini bisa dicegah ya, paling tidak diminimalisir biar ga parah bgt

      Delete
  9. Saya tinggal di Depok, jarang banget ke Jakarta.
    Alhamdulillah Jakarta udah sempat bersih meski cuma beberapa hari

    ReplyDelete
  10. Hikmah dari pandemi covid, udara jadi lebih bersih ya Mbak. Di situ malah membuat saya sadar betapa besar kerusakan yang dibuat oleh manusia di bumi ini. Untuk menanggulangi polusi tidak hanya mengandalkan kebijakan pemerintah, tapi juga kesadaran tiap-tiap individu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali, kesadaran individu, pemerintah dan korporasi.

      Delete
  11. Secara tdak langsung COVID-19 membuat udara kota-kota besar seperti jakarta dan surabaya menjadi lebih bersih ya mba. Mungkin banyak orang ga sadar tapi saya merasakan dengan berkurangnya asap kendaraan bermotor. Hikmah tersembunyi ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, pandemi covid-19 ini banyak hikmahnya ya mba

      Delete
  12. Sama seperti di Palembang. Saat PSBB, udara di jalanan kota terasa sejuk. Alat pengukur polusi di salah satu taman kota menunjukkan angka nol. Sesuatu yang fantastik rasanya dengan keriuhan selama ini. Udara dan hutan adalah nyawa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... keren bisa sampe ke angka 0 ya polusinya. kalau sekarang bgmn mba?

      Delete
  13. Sepertinya sejak di berlakukannya new normal, cuaca udah mulai gak bersahabat lagi, udah mulai banyak yang terserang penyakit musiman di masa pancaroba. Apa mungkin mungkin karena aktifitas2 manusia yg kembali menggiat seperti sebelum adanya wabah, kali yah. Belumlah habis masa pandemi ini, semoga kami juga tidak lagi harus menghadapi kabut asap yg biasanya selalu menggerogoti hak manusia untuk mendapatkan udara yang bersih dan sehat yang selalu terjadi setiap musim kemarau disini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, bencananya jadi dobel2 kalau ada bencana kabut asap lagi

      Delete
  14. bener nih mba, kalau lihat masa PSBB dulu,polusi sedikit banget dan langit biru cerah. sekarang masa transisi balik lagi langit jadi butek warnanya. semoga bisa segera mendapatkan solusi ya mba. apalagi sekarang lagi zamannya naik sepeda, mudah2an seterusnya deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe saya suka kata "butek"nya wkwkwk... kasian ya langit jkt

      Delete
  15. Langit Jakarta as pandemik gini emang cantik. Saya banyak lihat dari IG story teman-teman yang tinggal di sana. Pingin rasanya menikmati langsung. Kangen juga sama Jakarta.

    Emang selalu ada hikmah dari tiap musibah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Main ke sini mba, hehehe nnt kalau semuanya normal kembali dan sdh bebas utk jelong2 :D

      Delete
  16. Nggak kebayang kalau tahun ini kabut asap kembali terjadi. Menghindari keluar rumah, tapi di dalam rumah juga sesak.

    ReplyDelete
  17. mengatasi masalah polusi dan kabut asap ini ga bisa sendirian ya, harus banyak pihak. pelik bgt emg klo udh berurusan sm kepentingan swasta atau pemerintah. btw aku msh liat org bakar sampah loh, so sad

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul skali mba, butuh dukungan dari berbagai pihak. nah bakar sampah jg itu bukan hal yang baik ya. kenapa ga dibuang saja pada tempatnya

      Delete
  18. Sosialisasi tentang bahaya asap polusi dan karhutla ini penting banget supaya masyarakat juga sadar dan ikut menjaga bumi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sosialisasi jg penting bgt mba untuk penyadaran ke masyarakat dan korporasi yang bandel jg sih

      Delete
  19. waduh, semoga polusi dan pandemi ini cepat berakhir agar kita lebih mudah untuk beraktivitas di luar rumah ya kak :')

    ReplyDelete

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam