Sayangi Bumi Dimulai Dari Diri Sendiri




Pernah ga sih merasa gerah banget di siang hari. Apalagi ibukota Jakarta ya, bahkan untuk ruang ber-AC saja kadang ga mempan. Itu saya rasakan kalau lagi dikosan pada saat siang hari. Sepanjang pandemi lebih banyak Work From Home (WFH) jadi terasa banget suasana kamar kosan di kala siang.


Dan sadar ga sih, musim hujan dan musim panas di Indonesia sulit di prediksi lagi. Kalau tahun 90-an seperti yang tertera di buku IPS zaman SD tiap bulan September Indonesia memasuki musim penghujan dan bulan bulan April memasuki musim panas. Zaman now, siklus itu tidak sesuai teori lagi he....


Sadar atau tidak, bumi makin panas. Pemanasan global ini disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca pada lapisan atmosfer yang juga menyebabkan pola iklim berubah.
Perubahan iklim secara langsung atau tidak langsung terjadi karena ulah manusia, right? Kegiatan manusia mengeksploitasi alam banyak dilakukan demi keuntungan pribadi. Perubahan iklim yang terjadi juga menyebabkan bencana alam sering terjadi. Karena meningkatnya suhu global banyak tempat terjadi perubahan curah hujan. Perubahan ini bisa mengakibatkan terjadi banjir, kekeringan, gelombang panas yang tidak menutup kemungkinan menyebabkan korban jiwa dan materil.


Karena pemanasan global suhu laut semakin panas dan menjadi lebih asam, puncak gunung es di kutub mencair sehingga tentu saja menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan dampaknya adalah menghilang dan tenggelamnya beberapa pulau, oh No!.

Kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan, pencemaran udara, penggunaan plastik, dan kegiatan tidak ramah lingkungan lainnya juga turut andil dalam perubahan iklim. Aktivitas manusia berperan besar dalam perubahan iklim seperti polusi kendaraan bermotor, proses industri, pembakaran dan penebangan hutan yang tentu saja menyebabkan efek rumah kaca di atmosfir bumi kita.


Salah satu pengalaman yang membuat saya sadar parahnya polusi udara terutama di Jakarta. Selepas liburan Idul Adha beberapa waktu yang lalu, saya balik dari Belitung ke Jakarta menggunakan transportasi udara, waktu itu jadwal penerbangan siang hari. Seketika lepas landas dari bandara HAS Hanandjoeddin saya memotret langit belitung (kebetulan duduknya dekat jendela, jadi bebas berfoto ria) dan saya merasa takjub bukan kepalang, indah nian woyy!

Tapi ada yang berbeda ketika memasuki langit jakarta, dari udara terlihat tertutupi oleh kabut tebal (bukan awan pertanda hujan loh). Itu adalah kabut akibat parahnya polusi ibukota. Semakin pesawat melaju ke bawah, saya melihat gedung-gedung pencakar dari kejauhan lagi seperti bias dan menjadi tidak jelas karena tertutup asap polusi. Dalam hati saya Astagfirullah, setiap hari saya menghirup udara sekotor ini.

Membandingkan Langit Biru dan Langit Kelabu

Foto diatas saya ambil pada tanggal 2 Agustus 2020 lalu. Foto paling atas adalah foto dari atas langit pulau Laskar Pelangi - Belitung, indah sekali kan! menandakan kurang atau bahkan tidak ada polusi udara disana.
 
Sedangkan foto yang dibawah yang tampak kelabu dan pekat adalah foto dari atas langit Jakarta, hiks... sedih lihatnya. Dan... coba bandingkan dengan foto dibawah ini :


Foto ini saya ambil di pagi hari sebelum sholat Id pada Idul Fitri lalu dari lantai 3 kosan. Waktu itu Pemerintah Provinsi Jakarta masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara full. Sekitar tiga bulan lalu, langit Jakarta benar-benar ga macet dan minim polusi udara. Bagaimana sekarang? Very sad guys, saya tidak bisa menikmati sunrise seindah ini lagi hiks... 

Saya jadi berpikir, apa saja yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan dampak perubahan iklim. Ada banyak cara yang bisa dilakukan dan tentu saja melibatkan berbagai pihak yaitu masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha/industri


Mengurangi Sampah Plastik


Mengurangi sampah plastik adalah hal yang cukup mudah dilakukan demi kelestarian lingkungan dan itu bisa dimulai dari diri sendiri, antara lain :
  • Belanja ke toko ataupun ke pasar jangan lupa selalu bawa kantong belanja ramah lingkungan;
  • Kemana-mana bawa tumbler, jangan terlalu sering beli air minum kemasan berbotol plastik. Selain hemat kita ikutan menjaga bumi;
  • Pakai sedotan stainless, jadi kalau ke resto terus pesan minumannya ga perlu pake sedotan plastik;
  • Untuk pengusaha kuliner, usahakan jangan menggunakan kemasan berbahan plastik, cari bahan yang ramah lingkungan;
  • Belajar mengelola sampah seperti memisahkan sampah organik dan sampah non organik.

Seperti yang kita ketahui terutama bagi warga Jakarta adalah kebijakan terkait kewajiban penggunaan kantong belanja ramah lingkungan. Sejak 1 Juli 2020 Peraturan Gubernur DKI Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan Pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan dan Pasar Rakyat mulai diterapkan secara efektif.

So... sejak Juli kemarin, saya usahakan jika keluar rumah harus bawa kantong belanja di tas. Hehe awal-awalnya sering lupa, tiap belanja ke mini market kasirnya selalu menanyakan "bawa kantong belanja mbak?". Kalau misalnya saya ga bawa, pilihannya beli kantong belanja baru atau batal belanja :D




Mengurangi Emisi Gas Berbahan Bakar Fosil

  • Gunakan kendaraan umum lebih sering. Selain bisa mengurangi kemacetan tentunya juga mengurangi polusi udara. Sayangi kesehatan diri dan bumi kita
  • Menggunakan sepeda atau kendaraan yang memakai sumber daya listrik. Ke kantor menggunakan sepeda juga oke banget tuh. Selain olah raga juga membantu mengurangi polusi kan
  • Kalau tujuannya dekat, sebaiknya jalan kaki saja. Sehat loh!
Nah gaess... itu beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk ikut berpartisipasi menyayangi bumi kita. Jika bukan kita, siapa lagi?



Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN)








28 comments

  1. Memang yaaa, planet kita sedang "sakit"
    Butuh kepedulian dan kontribusi semua pihak, agar bumi bisa kembali berseri
    Semangaatt!

    ReplyDelete
  2. Wah... langit Jakarta sampai ketutup seperti itu ya mba, sangat nggak baik buat kesehatan. Semoga tips2 di atas bisa diterapkan masyarakat dan mengurangi dampak perubahan iklim ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul skali mb, udara yang dihirup ga sehat bgt kan

      Delete
  3. Aku senang banget saat Jakarta menerapkan kewajiban penggunaan kantong belanja ramah lingkungan..karena hasrusnya dah dari kapan-kapan ya. Meski kelihatan tindakan sederhana tapi dampaknya pasti luar biasa. Mengingat jumlah penduduknya. Belum lagi kalau kepedulian ini diikuti oleh semua, berperan aktif dalam menyayangi bumi ini

    ReplyDelete
  4. Beda banget ya Mbak antara udara di Belitung sama di jakarta. Iya kurasa kita semua harus memulai mengurangi sampah, minimal dimulai dari diri sendiri.

    ReplyDelete
  5. Betul, saya mulai mengurang2i penggunaan sekali pakai dgn bawa kantong belanjaan sendiri dr rumah. Mengurangi pemakaian listrik d rumah yg tidak perlu dan menghemat air. Semoga usaha sederhana ini membantu untuk bumi tercinta

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah saya sudah mulai dari diri sendiri untuk ikut menjaga bumi mbak. Kalau belanja membawa plastik sendiri biar tidak kebanyakan sampah plastik, membawa tumbler air minum sensiri kalau ada acara. Semoga kita semua semakin sadar ya untuk ikut menjaga bumi.

    ReplyDelete
  7. penggunaan kendaraan umum di saat pandemi ini pun menjadi riskan ya mbak, memang segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi Semoga bumi kita semakin membaik hari ke harinya, tentunya dimulai dari diri kita sendiri yq.

    ReplyDelete
  8. Memang sedih banget kalau terbang di atas langit Jakarta ya mba, pekat penuh dengan debu dan asap kendaraan, pabrik dan sebagainya. Lagi-lagi hal ini dibenturkan atas dasar pembangunan demi kesejahteraan rakyat banyak. Perubahan iklim jadi kian terasa, namun langkah kecil kita mulai dari membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan samapah plastik pasti akan berpengaruh besar di kemudian hari, aamiin. Semoga menang mb.

    ReplyDelete
  9. Dimulai dari sendiri dan dari rumah ya mbak. PR besar bagi saya untuk mengurangi sampah plastik ni mbak, huhuhu. Belum maksimal untuk tidak menggunakan sampah plastik

    ReplyDelete
  10. Belituuuung 😍 Saya pengen banget ke sana tapi belum kesampaian.

    Sebagai orang yang pernah tinggal di Jakarta sepuluh tahun, duh bener banget itu polusinya. Saya ke mana-mana selalu gunakan angkutan umum dan gak lupa pakai masker. Waktu itu bukan karena corona tapi polusi. Di jalanan banyak debu dan asap knalpot.

    Paling enak itu ketika masa ojek daring, jadi punya pilihan naik kendaraan umum yang nyaman baik ojol maupun mobil. Sebelum ada itu, pilihannya naik metromini dan bus yang kudu berhimpitan. Belum lagi kalau sopirnya kebut-kebutan tanpa mempedulikan teriakan penumpang.

    Kalau angkutan umum nyaman, niscaya kendaraan pribadi berkurang. Kemacetan berkurang, polusi berkurang.

    ReplyDelete
  11. Kayanya dulu waktu ke Belitung juga sama, saya perhatikan ada perbedaan warna langit dari jakarta dan belitung. Iya, sadar banget di jakarta sangat panas, bahkan pagi hari. Paling dingin jam 6-7 pagi. Semoga awareness kita semakin tinggi soal lingkungan ya

    ReplyDelete
  12. Bener bgt mbak nunu..sangat berbeda udara yg kurasakan di rumah di sukabumi jg. Padahal sukabumi dingin bgt, skrg jam 10 aja udh panas mbak

    ReplyDelete
  13. Insya Allah perlahan sedang belajar mengurangi sampah plastik ini, tumbler dan sedotan stainless alhamdulillah sudah dipakai sejak lama. Yang agak susah kalau beli belanja online, walaupun beberapa Penjual ada yang sudah mengurangi dengan menjual tas spunbound.

    ReplyDelete
  14. Dari tahun-tahun lalu aku udah mulai ngeuh kalo ada yang berubah dengan bumi kita. Bener banget mbak, sekarang musim hujan dan kemarau ga bisa diprediksi, dan sering banget ngerasain panas banget kalo siang, padahal aku ga tinggal di jakarta. Mudah-mudahan makin banyak orang yang sadar untuk menjaga bumi ini.

    ReplyDelete
  15. Dimulai dari diri sendiri ya mba.... semoga bisa melakukannya... dan juga menularkan ke orang di sekitar. Sehingga lebih banyak

    ReplyDelete
  16. Perubahan iklim memang tidak bisa jadi kerja sendiri ya mbak. Harus kerja bareng-bareng. Aku nih belum maksimal dalam mengelola sampah rumah tangga. Pengen banget bisa bikin kompos sendiri.

    ReplyDelete
  17. Benar sekali mbak, dgn menyayangi bumi itu juga berarti kita menyayangi diri sendiri

    ReplyDelete
  18. Mengurangi sampah plastik ini susah sekali. Secara apa apa tidak dengan pembungkus ya susah juga. Apalagi beli online, pasti bungkusnya banyak

    ReplyDelete
  19. Dulu pas awal Corona, sepi sekali kota Palembang. Pengukur polusi udara di angka nol semua. Tidak bising dan sejuk sekali, karena kendaraan hanya satu dua saja. Rindu suasan itu. Cuaca yang dingin dan udara yang melegakan pernapasan.

    ReplyDelete

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam