Review Novel Me Before You, Ketika Cinta Saja Tak Cukup

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu Alaikum!!!
Annyeonghaseyo!!!

Me Before You, saya bertaruh yang membaca tulisan ini sebagian besar mungkin sudah pernah menonton film yang rilis di tahun 2016, apalagi bagi kalian penyuka film drama romantis pasti  tak akan terlewatkan bukan. Okey... mungkin tulisan ini agak basi karena kalian sudah tahu jalan cerita dan akhir dari film tersebut seperti apa.

Beberapa bulan lalu saya main ke Gramedia dan tak sengaja menemukan novel Me Before You dengan harga diskon. Langsung saja saya beli, kata teman sekantor saya novelnya lebih bagus dibanding filmnya. Saya juga baru tahu ternyata film Me Before You adalah film adaptasi dari novel karya Jojo Moyes.
 
Beberapa hari yang lalu saya memposting di Instagram saya foto buku tersebut dan di captionnya saya berjanji akan mereview novel tersebut di novel ini. Banyak buku dan novel yang sudah saya baca tapi saya jarang melakukan review di blog. Tapi untuk novel ini saya sangat ingin meninggalkan jejaknya di blog ini. Why? karena novel ini mengangkat isu disabilitas dan isu sensitif mengenai hak seseorang untuk mati. Okey... time to review guyss!!!





*****

Description


Louisa Clark gadis berusia 26 tahun yang cantik, ceria, eksentrik harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya setelah ayahnya di PHK dari pekerjaannya. Sayangnya kedai kopi Buttered Bun tempat dia bekerja selama 6 tahun harus gulung tikar dan Lou menjadi seorang pengangguran. Patrick, pacar Lou menyarankan untuk mencari pekerjaan di Bursa Kerja. Tanpa kualifikasi pendidikan dan keahlian yang memadai Lou tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan. Satu-satunya lowongan pekerjaan yang tersisa untuknya yang menawarkan gaji yang cukup besar dibanding pekerjaan sebelumnya adalah menjadi Asisten Perawat Pribadi selama 6 bulan.
Setelah melakukan wawancara singkat dengan Camelia Traynor dengan sangat mengejutkan Lou langsung diterima menjadi Asisten Perawat Pribadi putra sulung keluarga Traynor, Will Traynor.

Will Traynor seorang pria tampan, berasal dari keluarga kaya raya (keluarganya punya Kastil loh), cerdas, memiliki karir gemilang di usia yang tergolong cukup muda untuk menjadi CEO Perusahaan, traveller dan adventurer yang tentunya digilai oleh para wanita. Tapi sebuah kecelakaan tragis membuat hidupnya menyusut dan berubah menjadi 360 derajat. Will menderita Quadriplegia yaitu kelumpuhan tangan, kaki, badan dan organ pelvis yang disebabkan karena pada kerusakan saraf tulang belakang. Akibatnya Will harus duduk diatas kursi roda seumur hidupnya, setiap aktivitasnya harus bergantung kepada orang lain, belum lagi berbagai sakit, kejang-kejang, pneumonia, dan berbagai infeksi yang mungkin dialaminya. Setelah dua tahun melakukan perawatan medis tak ada kemajuan berarti. Hal ini membuatnya frustasi dan putus asa sehingga beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Karena Camelia Traynor telah selesai dari cuti panjangnya sebagai hakim membuatnya harus mencari perawat pribadi untuk menemani Will sepanjang hari, membantunya makan dan minum, membantu hal-hal yang umum, memastikan dia tidak celaka (melakukan percobaan bunuh diri lagi), dan memberi motivasi untuk kesehatan mentalnya. Lebih tepatnya Will membutuhkan teman.

Hari-hari pertama Lou bekerja dengan keluarga Traynor tidaklah mudah. Will bukan orang yang mudah didekati. Arogan, tertutup, keras kepala, sinis, dan suasana hati yang mudah berubah-ubah. Sepuluh hari pertama membuat Lou menjadi tidak betah dan hampir putus asa sehingga berniat untuk mengakhiri pekerjaannya. Tapi karena masalah ekonomi keluarganya yang semakin ruwet membuatnya mengurungkan niat tersebut.

Pada suatu hari mantan pacar dan sahabat Will datang dan mengabarkan rencana pernikahan mereka. Hal tersebut membuat Will kecewa dan terpukul sampai-sampai dia mengamuk dan menghancurkan bingkai-bingkai foto yang tersusun rapi di bufet. Keesokan harinya Lou mencoba memperbaiki kembali bingkai-bingkai foto yang rusak tersebut. Melihat Lou melakukan hal tersebut Will menjadi marah, dia tak ingin bingkai-bingkai itu diperbaiki dan sebaiknya Lou menyimpan foto-foto tersebut di lemari karena dia tak ingin lagi melihatnya. Foto-foto masa lalu ketika dia masih sehat dan sempurna serta foto Alicia membuat emosinya semakin memburuk. Mereka pun beradu argumen Will tak ingin Lou bekerja disana lagi. Lou hilang kesabaran dan mulai membantah Will. Lou mengatakan bahwa bukan Will yang mempekerjakan dia tapi ibunya, Lou akan tetap bekerja bukan karena peduli pada Will, atau karena menyukai pekerjaan tersebut, atau karena ingin mengubah hidup Will, tapi karena dia membutuhkan uang.

Sejak kejadian itu sikap Will kepada Lou lebih melunak dan mereka pun menjadi akrab. Will sudah mau mengajak Lou menonton DVD bersama, keluar mencari udara segar sembari mengobrol di taman, mencukur jenggot dan rambut Will, dan saling bertukar lelucon konyol. Suatu ketika secara tidak sengaja Lou menguping pembicaraan keluarga Traynor ketika adik Will bernama Geogina yang bekerja di Australia datang jauh-jauh karena mendengar rencana bunuh diri kakaknya enam bulan kedepan dengan bantuan sebuah Yayasan Dignitas di Swiss. Georgina marah kepada orang tuanya karena menandatangani surat persetujuan bunuh diri tersebut. Dia tak habis pikir mengapa orang tuanya tega mengizinkan hal tersebut.

Mengetahui hal itu Lou shock, ternyata dia dipekerjakan sekedar untuk memastikan Will tidak curang dengan mengakhiri hidupnya sebelum waktu enam bulan itu berakhir. Hati nuraninya tidak bisa menerima hal konyol tersebut sehingga dia mengajukan pengunduran diri kepada Mrs. Traynor. Mengetahui pengunduran diri Lou, Mrs. Traynor mendatangi rumah Lou dan membujuknya agar tidak berhenti dari pekerjaannya. Mrs. Traynor menjelaskan kepada Lou waktu enam bulan sebelum tanggal bunuh diri Will merupakan kesempatan agar mereka dapat mencoba berbagai cara agar Will bisa berubah pikiran. Mrs. Traynor berharap masa enam bulan tersebut bisa menanamkan di benak Will bahwa masih ada kehidupan yang bisa dinikmatinya, walaupun tidak seperti kehidupan yang direncanakannya. Dia ingin Lousia tetap berada disamping Will dan membuatnya bahagia.

Lousia pun mempertimbangkan hal tersebut, setelah berkonsultasi dengan Treena (adik Lou) dan memberikan Lou saran agar dia harus tetap bekerja dan memastikan Will bisa mengubah pendiriannya. Treena memberikan ide untuk membuat membuat bucklet list berbagai kegiatan dan jalan-jalan yang mungkin cocok untuk penderita Quadriplegia. Sehingga Will punya wawasan bahwa meskipun dengan keadaannya yang seperti saat ini dia tetap bisa melakukan berbagai hal menyenangkan.

Lousia pun menemui Mr dan Mrs Traynor dan menyampaikan bahwa dia tidak akan mengundurkan diri dan akan melakukan berbagai cara agar Will mengubah pendiriannya untuk bunuh diri tapi dengan syarat mereka harus mendukung semua bucket list yang telah direncanakan dan disusun oleh Lou. Orang tua Will menyanggupi. Singkat cerita, Lou pun menjalankan rencananya mulai dari mengajak Will menonton pacuan kuda, berkeliling kota, piknik, nonton konser musik klasik, menghadiri pesta pernikahan mantan pacar will, dan datang ke acara ulang tahun Lousia di rumahnya yang membuat Patrick cemburu. Karena kedekatan antara Lou dan Will yang intens tanpa disadari benih-benih cinta pun tumbuh diantara mereka. Patrick melihat rencana perjalanan ke luar negeri yang disusun oleh Lou untuk Will dan Lou yang telah membatalkan rencana liburan mereka karena Will, mereka pun bertengkar dan akhirnya putus.

Akhirnya Lousia berhasil membujuk Will untuk liburan ke luar negeri bersama Nathan (Perawat medis Will). Mereka pun liburan di pulau indah Mauritius selama 10 hari, segalanya berjalan lancar sesuai rencana, Will menikmati liburan tersebut. Malam terakhir liburan mereka Lou mencoba membujuk Will agar berubah pikiran dan membatalkan rencana bunuh dirinya. Tapi Will tetap keras kepala dan kukuh dengan pendiriannya. Will mengatakan Lou dan cintanya tak cukup untuk membuatnya tetap hidup, dia tak sanggup menerima hidupnya yang sekarang beserta penderitaan yang harus dialaminya dan dia meminta Lou menemaninya ke Swiss di hari kematiannya. Lou sangat marah dan kecewa mendengar hal ini.

Bagaimana ending dari novel ini. Sssttt... bagi yang sudah baca ataupun nonton filmnya jangan bilang-bilang ya!!! biar yang belum nonton ataupun baca penasaran 

My Opinion             


Di bagian akhir novel ini ada beberapa pertanyaan untuk kelompok pembaca. Saya mencoba menjawab beberapa pertanyaan tersebut :

Ketika Lou pertama kali bertemu Will, sikap Will kepadanya tidak terlalu ramah, dia bahkan agak keterlaluan menjahili Lou untuk menakut-nakutinya. Apa kesan-kesan pertama Anda tentang Will dan Lou? Apakah pandangan Anda tentang mereka berubah seiring dengan jalan cerita, dan seberapa besar perubahan itu?

Jawab :

Okey baiklah... akan saya mulai dari kesan pertama terhadap Will terlebih dahulu. Di bab awal sebelum Will mengalami kecelakaan dia sudah digambarkan sebagai sosok pria yang sibuk, pekerja keras, playboy, suka tantangan, dan petualangan. Sedangkan kesan pertama untuk Lou adalah seorang gadis desa dengan selera fashion yang tak biasa (nyentrik) dia sangat menyukai pekerjaannya sebagai pelayan di kedai kopi Buttered Bun, dan dia sangat sayang dengan keluarganya.

Tentu pandangan saya terhadap Will dan Lou berubah seiring jalan cerita. Setelah mengalami kecelakaan naas tersebut mental Will menjadi merosot, dia merasa menjadi manusia tidak berguna yang hanya bisa merepotkan orang lain. Hidupnya yang dulu mandiri dan independen sekarang harus terkungkung di rumah dan segala keputusannya harus dicampuri oleh ibunya. Untuk Lou, setelah bekerja di keluarga Traynor dan berteman Will dia berubah menjadi perempuan yang tahu apa impiannya dan mau mengejarnya, dia jauh lebih berwawasan dan berambisi. Seberapa besar perubahan itu, cukup besar!


Will dan Lou saling memberikan pengaruh yang sangat mendalam terhadap kehidupan satu sama lain. Bagaimana perubahan hidup mereka setelah bertemu dibandingkan dengan sebelumnya? Perubahan-perubahan apa saja yang mereka timbulkan pada satu sama lain?
 
Will yang dulunya pemurung, pemarah, tertutup dan arogan menjadi orang yang lebih ceria, terbuka dan bersahabat. Perubahan itu antara lain dia sudah lebih banyak mengobrol dengan Lou, sudah ingin diajak keluar ke taman bahkan jalan-jalan berkeliling kota padahal dulu lebih suka berada di paviliunnya saja melamun dan membayangkan masa lalunya yang begitu indah. 

Lou yang dulu merasa dirinya bodoh, tak kompeten, dan tidak punya potensi menjadi orang yang lebih ingin tahu dan lebih berwawasan, karena ingin membantu Will untuk bisa mengubah sudut pandangnya Lou menjadi rajin ke perpustakaan, melakukan riset, bergabung dengan group-group chat Quadriplegia.

Perubahan yang mereka timbulkan satu sama lain keberadaan Lou disisi Will membuat Will merasa nyaman dan bahagia. Sedangkan Will membuat hidup Lou yang awalnya membosankan dengan rutinitas itu-itu saja menjadi hidup lebih berwarna. Will selalu mendorong Louisa melakukan hal-hal baru seperti nonton film ber-subtitle, banyak membaca, bepergian ke luar negeri, dan melanjutkan kuliah sesuai minatnya yaitu mode.

Ketika Lou mula-mula tahu tentang niat Will untuk pergi ke Dignitas untuk mengakhiri hidupnya, dia sangat terkejut karena ibu Will, Camila, sudah siap mengambil peranan semacam itu terhadap kematian putranya, dan Lou menganggapnya sebagai perempuan yang tidak punya hati. Begitu pula pendapat tokoh-tokoh lainnya seperti Georgina dan Ibu Lou. Bagaimana perasaan Anda tentang Camila sebagai tokoh? Apakah menurut Anda pendapat tentang dirinya bisa dibenarkan?

Menurutku Camila adalah sosok yang terlihat tangguh dan dingin dari luar tapi sebenarnya lemah dan rapuh dari dalam. Dia sendiri tahu apa yang dilakukan Will dengan ancaman-ancaman bunuh dirinya sangat bertentangan dengan agama yang diyakininya. Camila lemah karena dia kurang berusaha keras untuk lebih memotivasi dan memberikan harapan hidup untuk Will. Dia luluh karena tak sanggup membayangkan Will akan melakukan tindakan-tindakan yang lebih sadis untuk menyakiti dirinya sendiri. Dia lebih memilih melihat Will mati dengan cara yang tidak menyakitkan daripada melihat anaknya hidup dengan penuh rasa frustasi. Apapun alasannya tindakan Camila tidak dibenarkan. 


Hak Will untuk mati, dan tekad Lou untuk mengubah niat Will tentang menggunakan hak tersebut, merupakan tema yang melatar belakangi novel ini. Bagaimana perasaan Anda tentang keputusan Will pada akhirnya? Apakah sesuai perkiraan Anda? Apakah menurut Anda akhir ceritanya seharusnya berbeda?

Latar belakang Will ingin mengakhiri hidupnya karena dia tidak bisa menerima hidupnya yang sekarang, dia terlalu mencintai dirinya yang dulu. Dia tak ingin hidup dengan kondisinya yang penuh keterbatasan, bukan hidup seperti yang dia pilih. Tidak ada harapan untuk pulih.

Okey... baiklah mari kita melihat hal ini dari kacamata Will dan kacamata saya sebagai sesama penyandang disabilitas. Hidup dengan keterbatasan, siapa yang mau? saya bertaruh tak akan ada yang mau. Will tak mau saya pun tak mau. Di pandang sebelah mata, dikasihani, dianggap berbeda, dan dihina, hanya orang-orang yang memiliki keterbatasan yang tahu bagaimana rasanya dan saya merasakan apa yang dirasakan Will di novel ini. 

Bedanya saya dengan Will adalah saya sudah memiliki disabilitas sejak lahir dan sejak kecil saya sudah di didik untuk memahami dan menerima keterbatasan saya. Tapi itu bukan hal mudah... butuh waktu bertahun-tahun mental saya ditempa untuk menjadi lebih percaya diri dan menjadi diri sendiri. Sedangkan Will sejak lahir sempurna dan memiliki segalanya, ketika sebagian nikmat yang dianugrahkan kepadanya dicabut, dia tak sanggup untuk menerimanya. Sebenarnya dia hanya butuh waktu dan butuh untuk lebih sabar. Begitupun dengan orang tuanya mereka sama-sama keluarga yang cepat menyerah jika dirundung dengan kesulitan. Bukan hal yang mudah merawat orang yang lumpuh. Almarhum Ayah saya juga lumpuh karena stroke. Peran keluarga sangat dibutuhkan disini sebagai support system untuk tetap menyalakan semangat hidup mereka. 

Perasaan saya tentang keputusan Will, memang dari awal dia keras kepala. Sedikit kecewa sih, karena dia bisa melihat peluang dan harapan hidup yang besar untuk masa depan Lou, tapi dia tidak bisa berpikir terbuka dengan masa depannya sendiri. Dia belum bisa move on dengan kejayaan masa lalunya. Sangat disayangkan. Sesuai perkiraan sih. Menurutku endingnya cukup bagus jika seperti ini. 

Oh iya satu hal yang membuat saya iri padamu Will, kamu punya seseorang yang mencintaimu dengan tulus :) tapi kau benar-benar bodoh menganggap itu masih tak cukup.

*****     

Wah... lumayan panjang ya guys reviewnya. Pokoknya novel ini recomended banget buat dibaca nih. Lumayan kan buat isi waktu luang selama dirumah. Untuk rating buku ini dari angka 1-10, saya beri angka 9 untuk buku ini.

Sekian dulu ya!!!
Wassalam!!!   
Annyeong 

36 comments

  1. Bisa jadi rekomendasi buat ngisi waktu pas di rumah aja nih mbak. Saya sdh pernah nonton sih filmnya. Tapi konon kata orang, kalau novel difilmkan biasanya novelnya jauh lebih bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba bagusan novelnya. saya merekomendasikan

      Delete
  2. Saya pernah nonton filmnya. Saya suka cerita yg bikin pembaca gemes sama tokohnya. Kalo Will akhirnya ga jadi bunuh diri malah mengurangi 'greget' cerita nya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba... kan jarang2 endingnya ada yang sprt itu

      Delete
  3. Panjang ulasannya. Tapi sangat menarik. Aku jadi pengen baca novelnya. Tapi aku gak suka kalau endingnya sedih. Kayanya ini sedih ya mbak?

    ReplyDelete
  4. Saya sih mewek waktu nonton filmnya k, sumpah ini film menguras emosi. Tapi kalau novelnya belum pernah baca, kadang beda ya k novel sama filmnya dengan berbagai alasan. Yang pasti kisah ini bikin saya nangis sesenggukan hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaaa betul saya jg mewek pas pertama kali nonton

      Delete
  5. Saya sudah nonton filmnya juga. Sebenernya nggak suka genre yang melow2 sad ending, tapi terlanjur nonton jd penasaran. Berakhir baper terus mewek deh. Haha..

    Memang nggak mudah ya menerima kondisi yang "terlihat" kurang dibandingkan yang lain. Benar2 harus tegar, kuat dan ikhlas.. 🙏

    ReplyDelete
  6. Bagus ceritanya ya Mbak. Saya pun baru berburu novel untuk dibaca sebagai teman di rumah aja nih, heheh. Biasanya novel memang lebih bagus dari filmnya, saya pun beberapa kali menemui yang seperti ini. Btw, jadi penasaran sama novelnya ini, masih diskon kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe saya kurang tau mba. coba cek di gramedia online

      Delete
  7. Saya sudah nonton filmnya, dan terkuraslah air mata. Sedih banget.

    ReplyDelete
  8. saya baru tahu novel ini, ketinggalan zaman banget, tapi kayanya seru. apalagi mengenai disabilitas gitu. Duh, tapi takut mewek pas baca hihi. makasih ulasannya mba.

    ReplyDelete
  9. Biasanya novel memang lebih bagus ya dari filmnya. Aku rasa kalau baca bukunya mungkin bakal berpikir demikian juga. Aku nonton filmnya menghakimi karakter Will, kecewa akunya karena dia menyerah. Aku suka Camilla jadi Lou, pas rasanya. Sementara aktor yang jadi Will itu biasanya aktingnya ga pas, tapi di Me Before You pas banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. kalau baca bukunya kita bisa lbh memahami keputusan will

      Delete
  10. Jadi novel Me Before You udah dirilis filmnya? Ketinggalan infonya, nih, saya. Memang yang namanya cinta itu enggak cukup, ya, menerima perbedaan itu juga butuh hati yang lapang dan perlu perjuangan

    ReplyDelete
  11. Kalau saya lebih bisa menikmati membaca novel daripada menonton filmnya :D Dan saya sukses dibuat penasaran dengan cerita selengkapnya di novel ini :D

    ReplyDelete
  12. Aduh ... Kayaknya kalau baca sendiri, aku bakal terhanyut oleh perasaan gitu, deh. Gimana, ya? Ketahanan seseorang akan perubahan yang tiba-tiba memang sulit untuk diperoleh. Beda dari orang-orang yang sudah mengalami kondisi tersebut sejak lama. Membaca novel-novel seperti ini tuh buat aku tetap punya sisi positif. Kita bisa lebih berempati terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain.

    ReplyDelete
  13. Bagus reviewnya mbak..
    Genre romance emang paling seru buat dibaca ya,

    Dan sangat benar bahwa cinta saja tidak cukup

    ReplyDelete
  14. duh semakin ingin menonton filmya, eh tapi harus nunggu anak2 semua tidurr

    ReplyDelete
  15. Belakangan ini amat jarang baca novel ni, Nu. Gara-gara kesibukan numpuk. Tampaknya harus disempat-sempatkan juga nih baca fiksi. Supaya kembali lebih imajinatif.Kalau angkanya skornya 9, berarti cukup layak jadi pilihan ini.

    ReplyDelete
  16. Pengen baca bukunya tapi aku takut sedih huhuhu. Malah jadi penasaran sama sequelnya: After You.

    ReplyDelete
  17. Wah aku kebetulan cari novel buat bacaan dirumah aja. Bagus ceritanya. Ternyata lebih bagus novelnya dripada filmnya, hmm harus punya novel ini. Makasih mba reviewnya.

    ReplyDelete
  18. Kalau baca ulasan novel begini.. jadi pengen baca bukunya sendiri. Seru dan menarik deh.

    ReplyDelete
  19. Halo, Kak Nunu. Sebelumnya aku mau mengucapkan terima kasih karena kakak sudah menulis review ini. Aku pernah dengar novel ini dikritik karena menyinggung sebagian orang, khususnya orang-orang dengan disabilitas tuna daksa. Kebetulan banget aku lagi nyari review novel ini yang langsung dari pembaca disabilitasnya juga, dan senang banget nemu review kakak. Terima kasih banyak sudah kasih insight kakak soal novel ini dari kacamata kakak. Aku jadi ada gambaran tentang bagaimana penyandang disabilitas menanggapi buku bacaan yang mengekspos tema disabilitas sebagai tema utama. Aku kebetulan saat ini juga sedang menulis cerita yang berkisahkan penyandang disablitas juga, jadi aku ingin sekalian riset. ulasan kakak benar-benar ngebantu aku gimana sekiranya membuat cerita yang isinya bisa merangkul orang-orang luar biasa. Sekali lagi terima kasih dan salam kenal ya, Kak :)

    ReplyDelete

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam