Surat Untuk Ayah

Beberapa bulan yang lalu saya ikutan lomba menulis "Surat Untuk Ayah" yang diselenggarakan oleh Andrea Hirata dan Bentang Pustaka. Tapi sayang sekali saya kurang beruntung :(
Padahal sudah ngarep banget dapat tiket gratis jalan-jalan ke Pulau Belitung (sekalian ketemu ibu saya) dan menyaksikan Festival Laskar Pelangi. Belum rezeki  ya...

Karena dibuang sayang. Tulisan saya yang saya beri judul "Surat Untuk Puang" (Puang : panggilan untuk Almarhum Ayah saya) saya jadiin postingan blog saja. Itung-itung kenang-kenangan dan biar tulisan di blog makin rame.



Berikut isi surat saya  yang penuh dengan kerinduan :



                                                                                                Jakarta, 09 Agustus 2015
                                                                                                Kepada Yth,
                                                                                                Puang[1] “Ayah Terbaik di Dunia”
                                                                                                di-
                                                                                                Sisi yang Maha Kuasa


Assalamu Alaikum Puang,

Bagaimana kabar Puang disana? Ananda sangat rindu Puang? Apakah doa-doa yang ananda kirimkan untukmu telah membuat Puang tenang berada di sisi-Nya?. Puang tak usah risau dengan keadaan kami di sini. Alhamdulillah kami bahagia.

Etta[2] sekarang sudah menikah lagi. Bukan berarti Etta tidak setia dan melupakan Puang. Ini semua karena takdir yang telah digariskan Tuhan untuknya. Memiliki jodoh untuk kedua kalinya dan itu suatu hal yang tak bisa kami duga. Memiliki jodoh di usia yang tak muda lagi. Lima puluh dua tahun. Suaminya berasal dari pulau yang selama ini hanya ananda baca di novel-novel karya Andrea Hirata. Jauh bukan! Antara Makassar dan Pulau Belitung. Benar-benar jodoh adalah perkara yang hanya Tuhan yang bisa menjadikan segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Alhamdulillah sekarang Etta sudah tak kesepian lagi sejak kepergian Puang. Etta sudah hidup bahagia di pulau yang kaya akan timah itu. Tenang saja Puang, suami Etta adalah orang yang baik, sayang dan begitu perhatian kepada Etta sama seperti Puang dulu. Begitupun dengan kami pak Jun dan keluarga besarnya di Belitung menganggap kami bertiga layaknya anak kandung bukan tiri ataupun orang lain.

Puang, bagaimana kabarnya disana? Ananda sangat rindu Puang? Apakah doa-doa yang ananda kirimkan untukmu telah membuat kuburmu terang benderang? Puang tak usah khawatir dengan keadaan kami disini. Alhamdulillah kami bahagia.

Kiki sekarang memiliki pekerjaan bagus yang memberikan dia kemapanan.  Bekerja di BPJS Kesehatan penempatan kota Palopo. Tentu Puang akan sangat bangga dengannya. Kini Kiki sudah menikah, istrinya baik dan dia sedang menanti kelahiran anaknya yang pertama. Cucu pertama Puang. Seandainya puang masih hidup, Puang pasti senang karena akan memiliki cucu.

Semua ini adalah hadiah terbaik yang Tuhan berikan untuk Kiki. Puang ingat dia anak yang sungguh berbakti kepadamu. Ketika puang sakit stroke, sulit untuk berjalan, Kiki yang selalu memapah,memandikan puang, menyikatkan gigi, menyuapi, menjaga dan merawat Puang ketika Etta, ananda, dan wahyu sibuk bekerja di pagi hingga sore hari.

Puang, bagaimana kabarnya disana? Ananda sangat rindu dengan Puang? Apakah doa-doa yang ananda kirimkan untukmu telah membuat kuburmu luas dan lapang? Puang tak usah khawatir dengan keadaan kami disini. Alhamdulillah kami bahagia.

Wahyu, putra bungsumu sekarang sudah semakin dewasa dan mandiri. Kini dia hidup sendiri di Makassar. Menjaga rumah kita yang bagai surga itu. Dia kini bekerja sebagai desainer grafis di perusahaan developer property dan dia juga sedang melanjutkan kuliahnya. Insya Allah tahun depan Wahyu akan di wisuda. Puang pasti akan sangat bangga dengannya. Sama seperti Puang bangga kepadanya ketika dia membeli motor baru hasil keringatnya sendiri di usia yang masih muda, sembilan belas tahun. Puang yang kala itu sedang duduk di atas kursi roda takjub dan terharu melihat motor baru Wahyu terparkir di teras rumah.

Puang, bagaimana kabarnya disana? Ananda sangat rindu dengan Puang? Apakah doa-doa yang ananda kirimkan untukmu telah menjauhkanmu dari siksa kubur? Puang tak usah khawatir dengan keadaan kami disini. Alhamdulillah kami bahagia.

Seandainya Puang masih hidup, puang pasti akan sangat bangga dengan ananda. Sama bangganya ketika Etta dan Puang mendampingi ananda berdiri dihadapan ratusan mahasiswa dan orang tua sebagai mahasiswa berprestasi ketika wisuda. Putri sulungmu satu-satunya ini yang memiliki banyak kekurangan fisik, kini telah menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebuah instansi yang sangat berperan bagi kemajuan perekonomian Indonesia. Sebuah amanah yang berat menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Ananda berjanji Puang akan menjadi Pegawai Negeri Sipil yang jujur, disiplin, dan memiliki loyalitas yang tinggi sama seperti dirimu dulu.

Puang, bagaimana kabarnya disana? Ananda sangat rindu dengan Puang? Apakah doa-doa yang ananda kirimkan untukmu telah membuat Tuhan mengampuni segala dosa-dosamu? Puang tak usah khawatir dengan keadaan kami disini. Alhamdulillah kami bahagia.

Usia ananda sekarang menginjak tiga puluh. Ananda belum menikah. Jodoh belum kunjung menghampiri. Hidup sendiri dan mandiri di kampung orang membuatku kadang terserang rasa kesepian yang amat dahsyat. Satu dua orang pria memang telah mendekati hidup ananda. Tapi sosok Puang yang begitu lekat membuat ananda memberi standar bagi calon pendamping hidup. Ananda ingin mendapatkan suami seperti Puang. Cinta pertamaku adalah Puang. Ananda ingin dicintai sebagaimana Puang mencintaiku, ananda ingin diperhatikan sama seperti perhatian Puang kepadaku, ananda ingin dilindungi sama seperti Puang melindungiku, ananda ingin dibimbing seperti Puang membimbingku, ananda ingin lelaki setia seperti Puang setia terhadap Etta, ananda ingin seorang suami family man seperti Puang.

Akankah ananda mendapatkan pria yang sosoknya mirip denganmu Puang. Karena ananda sangat rindu denganmu. Sangat!

Di mana … akan kucari
Aku menangis, seorang diri
Hatiku, slalu ingin bertemu
Untukmu, aku bernyanyi

Untuk ayah tercinta
Aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku
Ayah dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi

Lihatlah .. hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah, aku ingin bertemu
Denganmu, aku bernyanyi


Puang, mendengar lagu “Ayah” ananda selalu tak sanggup menahan air mata. Dimana pun  mendengarnya ananda akan menangis terisak. Entah itu di angkot, pengamen di metro mini, di kantor, di tempat karaoke lagu itu selalu mengingatkan ananda pada Puang dan membuat ananda semakin merindukan Puang.

Ayah sekian dulu surat  dari ananda, semoga engkau senang dan bahagia membaca suratku ini. Terima kasih atas cinta yang kau berikan pada kami semua.


                                                                                                Ananda yang selalu merindukanmu,




                                                                                                           Nur Sahadati Amir








                                                                                               



[1] Puang : Panggilan/gelar untuk Ayah saya (sejak kecil kami keturunan bugis diwajibkan memanggil orang yang lebih tua dengan panggilan Puang)
[2] Etta / Petta : Panggilan/gelar untuk Ibu saya (sejak kecil kami keturunan bugis diwajibkan memanggil orang yang lebih tua dengan panggilan Etta/Petta)

1 comments

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam