Pemuda Kini dan Pemuda Sekarang

Bismillahirrahmanirrahim....


  • KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
  • KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
  • KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.
Kawan-kawan, masih ingat kan dengan teks diatas... waktu zaman-zaman kita sekolah dulu, selalu di suruh menghafalnya oleh guru PPKN ataupun guru Sejarah, kadang masuk di soal ujian juga kan....
Yup benar... yang diatas itu teks SOEMPAH PEMOEDA...

Hari ini tanggal 28 Oktober 2011, nunu sang pemimpi ingin menyapa  para pemuda-pemudi Indonesia...

Selamat Hari Sumpah Pemuda... 

83 Tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dan pemudi Indonesia yang berasal dari berbagai etnis, agama, ras, dan golongan bersatu. Menyatukan kebhinekaan dari sabang hingga marauke. Menyatukan tanah air, menyatukan bangsa, menyatukan bahasa menjadi Indonesia Satu.

Sebuah gebrakan pembaharuan yang bersifat unity. Dahulu para pejuang bertempur melawan penjajah mengatasnamakan suku dan daerah mereka masing-masing tapi apa yang terjadi kemerdekaan tak pernah dicapai. Dengan sebuah ide mempersatukan berbagai macam suku dan ras yang ada di Indonesia, para pejuang bisa bahu membahu, bersatu mengusir para penjajah di tanah air tercinta.
Sekarang.... lihat apa yang terjadi...
Nasionalisme dan rasa kebersatuan sudah mulai memudar di sanubari pemuda pemudi bangsa ini...
Bukti nyata kurangnya nasionalisme adalah KORUPSI. Mengapa saya katakan seperti itu??? Korupsi sama dengan mencuri beda bahasa saja sedikit di perhalus dan terkesan lebih elit. Mencuri uang negara, mengambil hak yang bukan miliknya. Sayangnya Korupsi tersebut sudah sangat berakar di Tanah air tercinta ini. 

Bagaikan sebuah benang kusut dari sabang hingga marauke, dari level atas hingga ke akar rumput.
Miris memang, sedih hati ini melihat carut marut bangsa ini. Kejujuran adalah sebuah barang langka di negeri ini. Nasionalisme telah bergeser menjadi Paham Matrealistis. Hanya mementingkan diri pribadi, keluarga, dan golongannya tak memikirkan lagi kemajuan bangsa ini.

Terus terang capek ngomong tentang korupsi, walaupun mulut berbusa mengkritik dan menghujat para koruptor tetap saja telinga mereka tetap kebal. Saya hanya bisa berdoa semoga mereka mendapat hidayahNya.

Contoh lain dari kurangnya rasa nasionalisme adalah adanya kerusuhan di beberapa daerah, perkelahian antar pelajar, antar mahasiswa. Dan tak kalah hebohnya banyaknya daerah-daerah yang meminta memekarkan diri (tidak jelas apa tujuannya) bukannya malah bagus kalau bersatu. 
Tengok di barat sana...
Negara-negara di benua eropa saling bersatu membentuk uni eropa, dan hasilnya mereka kuat...
Lihat mata uangnya Euro... lebih kuat dan nilai tukarnya tinggi di banding dollar.

Kita ganti cerita lain saja yah tentang pengalaman ku hari ini dengan demo dan kemacetan
Oh ya, di hari sumpah pemuda ini...
Para pemuda dan pemudi Indonesia yang mengaku sebagai mahasiswa intelek yang ada di kota Makassar memperingati hari sumpah pemuda dengan melakukan demo dan orasi. Sayangnya, tempatnya kurang tepat. Demo dan orasi di jalan-jalan utama yang ada di kota Makassar, membuat macet bukan kepalang, mana hujan lagi.
Apa mereka tidak sadar mereka sangat merugikan waktu, tenaga, dan biaya masyarakat?
Apa yang kalian perjuangkan? Untuk rakyat 'katanya'? 
Tapi lihat wahai  mahasiswa... kalian malah merugikan rakyat...
Kalian berdemo pada jam-jam pulang kantor... apa kalian tidak sadar... orang-orang yang ada dalam pergumulan kemacetan itu menghujat kalian dan menyumpahi kalian...
Sadarlah para pendemo bukan simpati yang kalian dapatkan malah antipati dari rakyat.

Demo sih boleh, orasi sah-sah saja.. yang jelasnya perhatikan tempat dan waktu....
Jangan sampai merugikan rakyat.



 

0 comments

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam