Mengasuh Inner Child dengan Cinta




Halo Gaes!!!
Ada yang sudah nonton ga video Molly Wright, gadis kecil berumur 7 tahun yang melakukan presentasi tentang perkembangan otak anak di TED Talks di depan ratusan orang dewasa.

Berikut rangkuman dari video Molly Wright!

Bagaimana jika permainan cilukba bisa mengubah mengubah dunia?

Dalam video tersebut Molly menegaskan pentingnya lima tahun pertama pada anak terutama otak. Otak manusia berkambang pesat di usia dini dibandingkan dengan waktu lain dalam kehidupan. Agar otak anak bisa berkembang dengan baik, anak butuh bantuan orang dewasa terutama orang tua. Perkembangan kesehatan pada anak tergantung pada 5 hal yaitu connecting (hubungan), talking (berbicara), playing (bermain), a healhty home (rumah yang sehat), komunitas (community). 5 hal ini membantu otak anak meraih potensi sepenuhnya.

Jadi apa yang orang dewasa bisa lakukan?
Menurut para ahli, lakukanlah serve and return alias interaksi berbalas yaitu dengan cara menjalin hubungan, berbicara, dan bermain dengan anak.

Molly pun menunjukkan sebuah demo interaksi seorang bayi dan ayahnya yang sedang bermain permainanan penamaan membangun kosakata dan perhatian dan juga permainan cilukba. Ternyata permainan cilukba bisa membangun ingatan dan kepercayaan. 

Orang dewasa yang berbicara dengan anak, bermain, dan membuat mereka tertawa selain membangun dan memperkuat hubungan dan kesehatan mental juga mengajarkan anak beberapa keterampilan hidup utama antara lain : berteman, mengikuti ujian, mendapatkan pekerjaan, dan suatu saat ketika mereka dewasa nanti untuk membangun keluarga. Interaksi sejak dini dan sering (early and often) sungguh penting.

Ditunjukkan pula adegan sang ayah berhenti bermain dengan anaknya dan fokus bermain gadget. Sang anak mencoba mengalihkan perhatian ayahnya sambil merengek seraya ingin mengatakan "tadi menyenangkan, mengapa ayah berhenti?". Anak-anak terprogram untuk mencari hubungan yang berarti, tak mendapatkan/menerima hubungan akan menyebabkan kebingungan dan tekanan. Setelah 30 detik sang ayah menaruh gadgetnya kemudian kembali bermain dengan anaknya, dan sang anak kembali tertawa ceria. 

Bagaiamana jika masa kecil kita sama seperti adegan 30 detik terakhir tadi?
Betapa sulitnya bagi anak untuk merasa tenang, merasa aman, belajar mempercayai seseorang, dan berbagai dampak hidup yang terjadi. Sang bayi dengan mudah bereaksi ceria seperti sebelumnya dan pulih dengan cepat sekali karena hubungan dia dan sang ayah sangat kuat. Hubungan anak dengan orang dewasa memberi anak rasa percaya diri yang dibutuhkan untuk mencoba hal baru, untuk menjelajah, dan menjadi seorang anak. 

Molly pun menutup manis presentasinya dengan kesimpulan bahwa masa paling istimewa bagi perkembangan anak adalah 5 tahun pertama dimulai dalam masa kandungan (first 5 years), apa hal yang paling berdampak yang bisa dilakukan? adalah serve and return (interaksi berbalas), dan kapan? early and often (sejak dini dan sering).




-------

Menyambung presentasi dari Molly saya jadi ingat salah satu penyebab Emotional Innerchild yaitu pengabaian di masa kecil. Diabaikan selama 30 detik saja sang anak sudah mulai nangis, rewel dan protes, coba bayangkan jika orang tua melakukan pengabaian dalam waktu yang lama terhadap anaknya, tentunya akan menimbulkan luka dan berpengaruh pada kehidupan sang anak kelak.

Selain pengabaian, menurut mba Intan dari Ruang Pulih ketika saya mengikuti kelas beliau, ada beberapa penyebab lainnya yaitu:
  • Trauma masa kecil
  • Pengasuhan disfungsional (tidak mendapatkan contoh pengasuhan yang baik dari orang tua dan pengganti orang tua)
  • Kekerasan fisik dan psikis di masa kecil
  • Konflik dengan orang-orang terdekat (keluarga)
  • Permasalahan tahapan psikologi perkembangan
  • Hungry, angry, lonely, and tired (kelaparan, kemarahan, kesepian, dan kelelahan)  
ketika dewasa sang anak akan sulit untuk mengenali, mengendalikan emosi dan bagaimana harusnya bersikap.

Menurut Plato, peran emosi dalam perilaku manusia, sebagai berikut :
  • Emosi berpengaruh besar dalam kehidupan manusia
  • Emosi akan sangat mempengaruhi perilaku
  • Emosi akan memberikan arti dalam keberadaan mereka dan mempengaruhi segala keputusan penting untuk menjadi apa yang diinginkan.
Sisi inner child di dalam diri ada beberapa macam antara lain:
  • Rebelius : sisi diri tidak sepaham dengan orang tua maka kita melawan, mengeluh, memberontak
  • Adaptif : Mau nurut, taat, patuh, baik
  • Free Child : Senang mencoba hal-hal baru, fokus dan mengalir, bersemangat, energik, dan kreatif.
Orang tua sangat mengharapkan anaknya berada di sisi adaptif yaitu mudah nurut, patuh, dan baik maka free child ini dimatikan dengan pengabaian dan kekerasan. Ketika sang anak mencoba hal yang baru dia dipersalahkan. Gaess... coba deh sekarang ingat-ingat dulu waktu kita kecil ketika mencoba hal baru bagaimana reaksi orang tua kita? bagaimana emosi kita saat itu?

Inner parent atau figur orang tua yang berperan dalam membentuk emosi kita. Inner parent terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Nurturing parent: orang tua yang memfasilitasi anaknya untuk menjadi diri sendiri seperti  melindungi, menyayangi, men-support, menyemangati, dan membangkitkan
  2. Critical parent: Mencari-cari kekeliruan, menghukum, memerintah, dan mempersalahkan 
Di artikel yang saya tuliskan sebelumnya tentang mengenali inner child ada pembaca yang bertanya di kolom komentar, apakah luka-luka inner child itu bisa disembuhkan? tentu bisa dan hanya diri kita sendiri yang bisa menyembuhkannya.

Seperti yang dipaparkan mba Intan dalam kelas Inner Child Healing cara untuk menyembuhkan Inner Child adalah dengan menciptakan Inner Parent di dalam diri.

Inner Parent 1 (masa lalu)  adalah suara yang terbiasa (inner voice) rekaman bawah sadar tentang orang tua yang menyebabkan diri terluka dan rapuh (wounded innerchild) . Sisi rebelious dan free inner child tidak diterima dengan baik, anak hanya diharapkan sebagai adaptif child saja. Critical parent lebih kuat daripada nurturing parent.

Inner Parent 2 (masa sekarang) adalah sisi diri sebagai orang tua yang mengambil alih tanggung jawab di masa sekarang untuk pengasuhan ulang diri masa kecil sehingga akan membantu mengatasi segala gejolak emosi dan permasalahan inner child yang timbul. Adult self menciptakan nurturing parent yang membawa banyak kebahagiaan.

Adult Self adalah diri saat ini yang menyadari adanya innerchild dan innerparent, diri saat ini yang cukup bijaksana, mengamati dengan kesadaran, diri yang berani memilih untuk menjadi lebih baik, menyadari adanya pertumbuhan dan dan masa depan yang lebih baik.

Tips untuk menyembuhkan inner child adalah dengan mengasuh diri sendiri dengan cinta (self parenting)
  • Cinta menerima sebagaimana adanya : mengenali emosi diri sendiri misalnya sering marah, mungkin ada kemarahan di masa kecil yang belum selesai
  • Cinta memberikan ruang untuk segala emosi
  • Cinta menjaga perilaku dan sadar dalam perbuatan yang merusak dan perlu untuk diubah
  • Cinta memberdayakan dan menemani saat keadaan buruk sekalipun
  • Cinta tulus, mengambil tanggung jawab menjadikan diri berharga dan istimewa 
Siapa yang bisa menolong kita kalau bukan diri kita sendiri, dengan self parenting kita menghadirkan diri masa kecil untuk di asuh.

------

Selama mengikuti kelas inner child, saya mencoba mengakses di dalam diri, apa inner child dalam diri ini? inner child yang seperti apa rabelus, adaptif, atau free child? apakah ada inner child yang terluka?

Setelah ingat-ingat masa lalu bagaimana pola asuh orang tua saya terus terang saya di didik cukup disiplin. Saya diasuh oleh kedua orang tua dan nenek. Tapi selama masa pengasuhan mereka saya tidak merasa ada yang terluka, meskipun kadang saya dicubit, dipukul, mulut dicabein kalau berbohong atau bicara kotor, dan dikurung di dalam kamar. Mungkin karena nurturing parent-nya lebih besar dibanding critical parent jadinya saya bisa lebih mudah memaafkan dan tak ada luka yang membekas.

Saya tiga bersaudara, saya anak pertama dan dua adik saya laki-laki semua. Meskipun saya memiliki keterbatasan fisik dan perempuan, orang tua saya menyayangi dan tak pernah membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain. Mereka selalu mensupport apapun yang saya lakukan dan memberi dan membangkitkan semangat. Kata-kata "SAYA BISA" dari mereka tertanam dalam diri.

Mengingat masa lalu, ternyata banyak free child yang berdampak pada diri saya :
  • Orang tua tak pernah menyembunyikan saya. Saya dibebaskan bergaul dan bermain dengan anak-anak lain di lingkungan rumah. Ibu saya seorang guru TK, sekitar umur 3-4 tahun ibu sering membawa saya ke sekolah dan berbaur dengan anak-anak lain. TK tempat ibu saya mengajar waktu itu adalah TK Santa Maria, mayoritas non muslim. Secara tidak langsung saya sudah di didik untuk mengenali perbedaan agama, menghargai, dan toleransi;
  • Membiarkan saya untuk mencoba bersepeda dan bersepatu roda. Alhamdulillah saya bisa melakukannya
  • Hampir tiap minggu kami ke pantai losari, kebetulan jarak rumah kami dengan pantai losari sekitar 2-3 Km. Entah itu hanya sekedar jogging, berenang, ataupun menikmati matahari terbenam sambil makan pisang epe. Moment yang membahagiakan
  • Orang tua saya tak pernah menuntut kami untuk menjadi juara kelas, meskipun tak mematok ranking, mereka tetap menomorsatukan pendidikan. Orang tua saya mendampingi anak-anaknya setiap malam untuk mengerjakan PR
  • Saya tak pernah bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Sejak awal orang tua sudah tidak mau saya masuk SLB, saya dimasukkan ke sekolah umum (awal tahun 90-an belum ada pendidikan dan sekolah inklusi). Mereka melakukannya agar rasa minder saya bisa dikurangi, bisa bergaul dan bersosialisasi dengan baik dengan anak yang lain.     

--------

Sekian dulu ya sharing dari saya. Semoga bermanfaat


56 comments

  1. lakukanlah serve and return alias interaksi berbalas yaitu dengan cara menjalin hubungan, berbicara, dan bermain dengan anak.

    Well noted banget ini Mba.
    Yuhuuu, siap praktekkan ahhh!

    ReplyDelete
  2. Memang betul ya, Kak. Kalau emosi mempengaruhi kehidupan kita dan orang² sekitar. Sejak menjadi ibu saya memberikan perhatian khusus pada emosi saya supaya tidak meledak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul sekali mba. perlu ada manajemen emosi

      Delete
  3. Dulu masih suka bertanya-tanya kalau ada luka di inner child seseorang itu apakah bisa disembuhkan? Ternyata bisa ya,Mbak. Syukurlah, jadi orang tersebut harus bisa berdamai dengan diri sendiri, ya.

    ReplyDelete
  4. Baca artikel ini jadi reminder banget buat aku. Tadi sempat mengacuhkan anak yang lagi bertanya. Karena aku lagi menjawab pertanyaam teman by wa. Hikss... Jleb banget sihh. Syedih aku jadinya.

    ReplyDelete
  5. Terima kasih mbak Nunu tulisannya. Ini tu sebenarnya lbh menampar aku sbg ibu ada kalanya aku ya nyuekin anakku pas ada kerjaan.
    Semoga ke depannya aku lbh baik lagi krn gak ingin anakku besarnya punya innerchild yg negatif TFS

    ReplyDelete
  6. Makasih mba Nunu buat ilmu parenting nya aku juga masih belajar untuk jadi calon orang tua yang baik. Nggak mau kayak pola asuh ortuku dulu. Semoga kita diberikan kekuatan dan kesabaran aamiin

    ReplyDelete
  7. wuah banyak pelajaran yang aku dapat dari artikel ini
    soalnya aku gak sempet nonton di TED dan gak ikutan kelas ruang pulih

    aku tahu sih, masa kecil itu penting banget sebagai pembentuk kepribadian seseorang

    dan ternyata kalau dapat masa lalu yang kelam, maka yang bisa menyembuhkan ya diri sendiri
    penerimaan, pengikhlasan, dan waktu

    ReplyDelete
  8. Menyembuhkan diri dari innerchild ini pernah saya jalani sekitar 5-7 tahun lalu. prosesnya lama. Dulu kalau pulang ke rumah keluarga mengalami kelelahan yang LUAR BIASA. Tidak hilang dengan tidur. Setidaknya seharian. Padahal minimal ke sana seminggu 2x.
    Alhamdulillah sudah sembuh 5 tahun lalu. Memang rahasianya dengan cinta pada diri sendiri.

    ReplyDelete
  9. Senang sekali membaca artikel mengenai pengasuhan. Memang menjadi orangtua tidak ada sekolahnya.

    Tapi dengan memanusiakan manusia seperti kata Prof. Chatib dalam bukunya yang berjudul sama, anak-anak akan tumbuh sesuai dengan fitrah kebaikannya masing-masing.

    ReplyDelete
  10. Perkembangan kesehatan pada anak tergantung pada 5 hal yaitu connecting (hubungan), talking (berbicara), playing (bermain), a healhty home (rumah yang sehat), komunitas (community). 5 hal ini membantu otak anak meraih potensi sepenuhnya.


    Noted banget dgn ini Mba
    Makasiii sharing-nya

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah orangtua Mbak Nunu sedemikian amanah dengan buah hatinya. Sehingga ada sosok Mbak Nunu yang kini bahagia, penuh semangat menjalani hidup dan bisa menginspirasi perempuan lainnya.
    Saya pun mengingat-ingat ternyata masa kecil saya bahagia, meski pastilah penah diomeli, dicubit sama Ibu dan lainnya tapi bukan yang menyakitakan..enggak ada menyakiti apalagi mengabaikan. Alahamdulillah
    Tapi berbeda dengan suami saya, yang sejak adiknya lahir(beda 2 tahun saja mereka) ia dititipkan ke seorang nenek tetangganya (yang momong dia)- rumah jejeran, dan baru diambil & diasuh ortunya sendiri ke rumah saat SMP, dan ini menimbulkan inner child bahwa dia dulu diabaikan orangtuanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Alhamdulillah mba. Masing2 orang pasti punya inner child dan menyembuhkannya hanya diri sendiri

      Delete
  12. Mendalam sekali isi tulisan ini. Ternyata pengaruh pengabaian itu besar sekali. Makanya interaksi orangtua dengan anak itu mesti ya

    ReplyDelete
  13. Saya udah lihat videonya itu. Bagus banget sampe terharu sendiri. Saya juga berusahaa banget supaya nggak ninggalin inner child yang kurang baik ke anak. Biarpun masih suka kelepasan emosi, tapi pelan2 belajar manage supaya nggak gampang ngegas. Huhu..

    ReplyDelete
  14. Mbak Nunu, inspiratif sekali. Bisa mengenali diri kita sendiri luar dalam adalah hal yang berharga yang bisa seseorang lakukan untuk dirinya. Mengenali diri sendiri adalah kunci untuk hidup tenang.

    ReplyDelete
  15. Hmm harus banyak memperbaiki diri neh agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik untuk anak-anak, tuntutan pekerjaan baik itu yang utama maupun sampingan membuat kita jadi mengabaikan anak dan memberikannya gadget agar tidak mengganggu kita.

    ReplyDelete
  16. Terima kasih Mbak Nunu.. Mengingatkan lagi, bagaimana dengan pengasuhanku kepada anak-anak selama ini. Ingin rasanya membesarkan dan mendidik mereka dengan cinta. Semoga mereka bisa berkembang sesuai fitrahnya. Aamiin.

    ReplyDelete
  17. Innerchild ini kadang bisa terbawa sampai dewasa. Luka pengabaian atau bahkan luka lainnya bisa saja melekat hingga saat menjadi orang tua pun kadang punya rekaman atau mungkin secara tak sadar berlaku gal yang serupa. Saatnya acceptance terhadap luka di masa lalu agar kehidupan di masa kini tidak terbelenggu luka masa lalu

    ReplyDelete
  18. Bahagia Mak dengan orang tua yang sangat terbuka dan memberikan putra putrinya kebebasan tapi selalu mendampingi. Pengalaman yang sangat berharga. Semoga saya bisa meneladani sikap dan perjuangan orang tuanya. Sebagai orang tua muda saya harus masih banyak belajar lagi

    ReplyDelete
  19. Diingatkan kembali oleh tulisan Mbak Nunu, bahwa anak itu tak butuh mainan mahal atau buku mahal sekalipun.

    Yang anak butuhkan adalah belaian kasih sayang saat bermain, suara yang selalu siap menjawab apapun anak tanyakan. Bermain dengan seluruh anggota tubuh orang tuanya

    ReplyDelete
  20. Pintar sekali ya Molly Wright ini ya. Bisa speech sedalam itu di umur muda. Masalah inner child memang tak bisa diabaikan, thanks mba Sharingnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, keren ya anak 7 thn bisa presentasi sebagus ini Sip... semoga tulisan ini bermanfaat mba

      Delete
  21. MasyaAllah salam hormat untuk Kak Nunu dan juga orangtua kak Nunu. Saya jadi inget bagaimana ibu dan ayah saya juga mendidik demikian, mirip banget samaa apa yang diterima kak Nunu. Alhamdulillaah sekarang kita tumbuh jadi pribadi yang baik dan sesuai harapan mereka ya mbaa,

    ReplyDelete
  22. Noted banget ni mba. Banyak banget cerita teman-temanku karena trauma masa kecil ga kelar, terus jadi kebawa pas dia ngasuh anak. emang kita harus membereskan keadaan diri sendiri dulu ya!

    ReplyDelete
  23. Menyembuhkan diri sendiri dengan inner child memang harus dimulai dari memaafkan masa lalu ya mbak
    Buat saya, ini masih jadi hal berat. Ini yg membuat inner child saya belum hilang

    ReplyDelete
  24. Masa kecilku dulu juga dididik dengan penuh disiplin mba, terutama berkaitan dengan olahraga. Harus mulai latihan pagi jam berapa, ntar sore jam berapa, hari minggu pun latihan terus. Dulu ngerasa itu membebani banget. Tapi sekarang setelah diingat-ingat, alhamdulillah punya badan yang tahan banting gara-gara dulu dididik dengan cara keras begitu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup betul skali mba. klu diingat2 apa yang diajarkan orang tua baru berasa manfaatnya ketika dewasa

      Delete
  25. Saya Pikir dulu inner child ini akan membawa dampak buruk di Masa depan Kita Dan terus menerus. Tapi Alhamdulillah ternyata bisa disembuhkan ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, yang menyembuhkannya adalah diri sendiri

      Delete
  26. Video yang ted talk itu viral banget yaa. Keren banget anak umur segitu bisa tampil di acara besar seperti itu. Mendalami inner child ini selain sebagai wadah bagi kita untuk mengenali diri juga bisa sebagai panduan ya bagi kita sebagai orang tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba keren ya anak 7 thn bisa presentasi sekeren itu

      Delete
  27. MasyaAllah terima kasih sharingnya Mbak... Saya jadi introspeksi diri sebagai orang tua yang memperlakukan anak dan banyak bersyukur apapun kondisi saya dengan orang tua di masa lalu

    ReplyDelete
  28. Memang 5 tahun pertama kehidupan anak itu berperan penting terhadap perkembangan fisik dan psikisnya. Tapi buat yang merasa memiliki wounded inner childpun tetap bisa memulihkan lukanya dengan terapi ya, Mbak.

    ReplyDelete
  29. Aku banget, huhu. Tapi kok kayaknya lebih parah yang aku lakuin ke anak daripada yang anak lakuin?

    Aku tuh kadang masih emosi ke anak. Padahal dia juga belum tau tentang salah dan benar.

    Aku dulu juga sering dimarahin, tapi waktu itu aku ya tau kalo salah.

    Jadi, aku terus berusaha tazkiyatunnafs. Smg Allah mudahkan.

    ReplyDelete
  30. kalau saya tipe free child sih
    makanya sekarang juga terapkan hal itu pada anak
    dia mau nyoba hal2 baru asal aman dan positif saya ikuti
    contoh kecil aja dia mau ngecat atau warnai rambut.yg sya ikuti asal warnanya yg sesuai tone kulitnya.
    tapi ya cukup sekali aja..yg penting dia dah merasakan rambut dicat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul skali tipe free child ini yang bisa membuat anak lebih berpikir kreatif

      Delete
  31. Memang inner child sangat berpengaruh pada kehidupan anak di masa yang akan datang, bagaimana dia nanti bersikap dan menjalin hubungan serta menjadi orang tua.

    ReplyDelete

Silakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam