Nunu Amir Blog
  • Home
  • About
  • Disclosure
  • Features
    • Berbagi
    • Digital
    • Review
      • Gadget
      • Produk
      • Webinar
      • Website
      • Buku
      • Kesehatan
    • Slice of Life
    • Buku Saya
    • Religi
    • Traveling
    • Resep
  • Contact Us



"Kenapa memilih Telkom University?"
Sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan orang-orang di sekililing saya sejak awal mendaftar beasiswa LPDP tahun 2022 lalu hingga saat ini. Pertanyaan ini juga dilontarkan oleh pewawancara ketika mengikuti tes substantif LPDP. 

Sebuah pilihan yang agak anti mainstream bagi penerima beasiswa LPDP hehe...
Dimana biasanya para awardee memilih melanjutkan pendidikan magister di kampus luar negeri ataupun memilih kampus negeri yang paling top jika mendaftar untuk beasiswa dalam negeri.

Ketika mendaftar beasiswa LPDP kita bisa memilih tiga perguruan tinggi dan program studi. Pada waktu itu urutan prioritas kampus tujuan saya, sebagai berikut:
  1. Telkom University dengan program studi Manajemen
  2. Universitas Bina Nusantara dengan program studi Manajemen
  3. Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan program studi Magister Manajemen
Benar-benar anti mainstream kan!  

Pilihan perguruan tinggi tersebut bukan asal-asalan loh. Hal ini sudah melalui proses riset dan pertimbangan yang matang. Sini saya beri bocoran! Salah satu tips agar bisa lulus beasiswa LPDP adalah kita sudah tahu betul diri ini pengen belajar apa? pengen fokus di bidang apa? passion-nya apa? Bukan hanya melihat ranking kampus ya, tapi yang terutama adalah kampus yang kita tuju tersebut memberikan ilmu yang sesuai dengan bidang yang ingin dipelajari. 

Di depan Gedung Marore
Kampus Tel-U Gegerkalong



Berikut 7 alasan saya memilih melanjutkan studi S2 di Telkom University:

1. Hanya Telkom University yang punya konsentrasi Digital Business Strategy

Saya tertarik dengan Ekonomi Digital dan Transformasi Digital. Sayangnya berdasarkan riset yang saya lakukan, di Indonesia belum ada program studi ataupun konsentrasi yang terkait dengan ekonomi digital, hanya ada mata kuliah peminatan Ekonomi Digital di beberapa kampus negeri. 

Saya cek lagi nih daftar perguruan tinggi di list LPDP, ternyata ada universitas swasta juga, salah satunya adalah Telkom University. Saya pun mengunjungi situs Magister Manajemen Telkom University (MM Tel-U). Ternyata MM Tel-U menawarkan beberapa konsentrasi, salah satunya adalah konsentrasi Digital Business Strategy. Menarik! Dan setahu saya, belum ada kampus di Indonesia yang punya konsentrasi ini.

Saya cari tahu lebih detail lagi terkait konsentrasi ini seperti mata kuliah yang akan dipelajari, kemampuan yang akan didapatkan oleh mahasiswa jika mengambil konsentrasi tersebut, dan siapa saja dosen-dosennya. Ternyata sesuai dengan apa yang ingin saya pelajari dan cukup ada hubungannya dengan ekonomi digital serta transformasi digital.

Selain itu, konsentrasi Digital Business Strategy juga bisa melengkapi ilmu saya ketika studi S1 Sistem Informasi, dimana saya mengambil peminatan e-Business. Jadi walaupun S1 dan S2 saya tidak linear (dari teknik ke ekonomi) setidaknya dengan mengambil konsentrasi tersebut saya berharap bisa cepat menyesuaikan.  

Suasana di Kelas



2. Informasi Terkait Program Studi sangat lengkap di Website

Salah satu yang bikin saya jatuh cinta dengan Telkom University adalah informasi yang disajikan di website kampus sangat jelas dan detail. Jika dibandingkan dengan website kampus lain, Telkom University paling TOP dah (soalnya saya sudah menjelajahi berbagai website kampus di Indonesia)

Saya dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang saya cari mulai dari informasi terkait program studi, konsentrasi, mata kuliah, profil dosen, informasi biaya kuliah, tata cara pendaftaran, kalender akademik, dan masih banyak lagi.  

3. Universitas Swasta Terbaik di Indonesia

Telkom University sudah sejak lama dikenal sebagai Universitas Swasta Terbaik di Indonesia. Didirikan oleh PT. Telkom sejak tahun 1990 yang merupakan gabungan tiga kampus yaitu MBA Bandung, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, dan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain. 

Untuk akreditasi Institusi Perguruan Tinggi berdasarkan BAN-PT, Telkom University merupakan Universitas Swasta Pertama di Indonesia yang meraih akreditasi UNGGUL. Bangga!

Telkom University memiliki 7 fakultas yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Informatika, Fakultas Rekayasa Industri, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Fakultas Industri Kreatif, dan Fakultas Ilmu Terapan. Di dalam fakultas-fakultas tersebut terdapat 50 program studi yang terakreditasi oleh BAN-PT, sebanyak 53% program studi memiliki akreditasi UNGGUL. Keren ya! 


4. Akreditasi "Unggul" untuk Program Studi Magister Manajemen 

Senangnya lagi karena program studi yang saya tuju yaitu Magister Manajemen memiliki akreditasi UNGGUL oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (LAMEMBA). 


5. Fasilitas Kampusnya Oke dan Ramah untuk Disabilitas

Kampus Telkom University Bandung ada dua lokasi yaitu Kampus Telkom University di Buah Batu dan Kampus Telkom University di Gegerkalong Hilir (khusus untuk Magister Manajemen). Apa saja fasilitasnya?
  • Asrama untuk Putra dan Putri yang aman dan nyaman
  • Fasilitas untuk Olah Raga dan Kesehatan yang terdiri dari jogging track, lapangan tenis, lapangan basket, lapangan voli, lapangan bulu tangkis, kolam renang, ruang gym, dan klinik pratama
  • Kafe dan Kantin
  • Open library
  • Language Centre
  • Student Lounge
  • Auditorium
  • Masjid Syamsul Ulum
  • Pendopo Tel-U
  • Terdapat fasilitas minibus yang bernama Tuc-Tuc untuk menjelajahi kampus Telkom yang luas banget
  • Book Store
  • Social Room
  • Fasilitas untuk minoritas
Open Libarary Tel-U



Selain itu kampus Telkom University ramah loh untuk penyandang disabilitas. Baik itu berupa fasilitas fisik yang sudah dirancang agar bisa diakses oleh penyandang disabilitas seperti ramp untuk pengguna kursi roda, parkir khusus disabilitas dan toilet khusus untuk penyandang disabilitas. Untuk sistem pembelajarannya pun aksesibel seperti:
  • Buddy: Komunitas relawan peduli tuna rungu yang berasal dari para mahasiswa yang bertugas sebagai note-taker selama perkuliahan
  • Layanan Konseling Online
  • Layanan Aplikasi Telkom University yang friendly user interface
  • Sistem pembelajarannya di desain sesuai dengan kurikulum inklusif
  • Peta akses disabilitas

6. Dosennya Keren-Keren

Waktu pertama kali stalking di websitenya Telkom Universitiy, saya kepoin latar belakang pendidikan dosennya yang wow keren banget, publikasi jurnal yang dilakukan, serta riset dari dosen tersebut. Para dosen yang mengajar di Telkom University memang berkualitas. Itu saya rasakan selama semester satu kemarin. Dosen-dosennya berasal dari akademisi dan praktisi yang mumpuni di bidangnya. Kelasnya juga selalu menarik dan mendukung keaktifan mahasiswa. Selalu hadir dan pulang tepat waktu. Jarang ada dosen yang bolos, kalau pun tidak hadir benar-benar diganti di hari lain. Selain itu di tiap semesternya ada acara Industrial Experts Week dimana mengundang dosen-dosen tamu yang merupakan praktisi di bidangnya baik dari dalam maupun luar negeri.

Industrial Experts Week



7. Sistem Pembelajaran

Pembelajaran di Telkom University di dukung juga dengan fasilitas Learning Management System atau LMS, aplikasi iGracias (aplikasi untuk keperluan kemahasiswaan), email kampus untuk tiap mahasiswa, layanan office 365 gratis, dan akses gratis untuk jurnal-jurnal internasional.

Keren kan kampus saya!




Oke, terus bagaimana dengan alumninya?
Alumni Telkom University sudah banyak yang terserap di dunia kerja baik itu di sektor pemerintahan, BUMN, dan swasta. Banyak juga yang mendirikan Start Up.


Gimana tertarik jadi mahasiswa Tel-U?

Ayo #RaihMasaDepanmu bersama Telkom University!


Sumber: website Telkom University





Halo teman-teman semua,

Sudah bulan Agustus saja nih, hawa-hawa menyambut hari Tujuh Belas Agustus semakin terasa. Yup, apalagi yang ikutan nge-war untuk daftar upacara bendera di Istana Merdeka terasa banget antusiasme masyarakat Indonesia untuk ikut merayakan hari kemerdekaan. Sayang sekali, saya sudah berusaha daftar tapi tetap tidak kebagian. Ya sudahlah, belum rezeki ya! Mungkin nanti bisa ikutan kalau upacara benderanya di IKN heehee...

Forget for a moment my failure to hunt for an invitation to the independence ceremony. 
Kembali ke laptop! Postingan kali ini saya ingin sharing tentang TOLERANSI. 

Seperti kita semua ketahui, Indonesia akan berulang tahun yang ke-78. Ibaratnya manusia, usianya sudah kakek-kakek ya, dengan umur segitu tentunya manusia akan semakin matang dan bijak. Indonesia adalah sebuah negeri yang tak ada duanya. Negeri yang amat sangat kaya. Kaya akan sumber daya alam, tanah dan lautannya membentang dari timur ke barat dan tentunya dengan pemandangan yang sangat indah, penuh dengan keberagaman mulai dari agama, suku, etnis, bahasa, budaya, adat istiadat, kuliner, dan sebagainya. Hebatnya kita mampu menjaga kebhinekaan itu dan hidup damai berdampingan satu sama lain. Bhineka Tunggal Ika, sebuah semboyan yang selalu ditanamkan kepada seluruh rakyat indonesia sebagai landasan persatuan dan kesatuan. Bangga dengan Indonesia!   

Tentunya hal ini terjadi karena sikap toleransi dari seluruh rakyat Indonesia. Pengertian toleransi secara luas oleh Wikipedia adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang "tidak menyimpang dari hukum berlaku" di suatu negara, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain selama masih dalam batasan tertentu. 

Konon katanya, sejak Pemilu 2019 sikap toleran masyarakat Indonesia mulai tergerus. Apakah benar seperti itu?
Berdasarkan hasil survei dari Litbang Kompas, sebanyak 62,2% responden menilai masyarakat Indonesia cukup toleran, 10,4% responden menilai masyarakat Indonesia sangat toleran, 18,7% responden menilai tidak toleran, 4,3% responden meniliai sangat tidak toleran, dan 4,4% tidak tahu.

Dari survei dapat dilihat bahwa persentasi sikap toleran masyarakat Indonesia masih terjaga. Eitss.. jangan merasa jumawa dulu, kalau di total sikap tidak toleran 23%, itu nilai yang cukup besar bukan dan patut diwaspadai. Menurut survei dari Litbang Kompas, persentase terbesar penyebab tergerusnya rasa toleransi masyarakat Indonesia karena maraknya penyebaran hoaks di internet dan sosial media sebesar 37,6%. 

Saya tipe yang gemar membaca komentar netizen ketika ada sebuah postingan di media sosial. Kalau baca komentar para netizen atau mungkin mereka buzzer penebar kebencian, Ya Allah saya banyak-banyak istigfar biar ga emosi sambil dalam hati berkata, mereka mau ya di bayar untuk hal seperti ini. Mereka apa ga mikir panjang dampaknya akan seperti apa, yang penting dapat cuan... cuan... cuan...

Apakah sikap intoleran di dunia nyata segaduh di dunia maya?
Saya rasa tak seseram itu. Toleransi di kehidupan nyata masih aman terjaga.

Depend on my life experience, sejak kecil saya sudah diajarkan untuk bertoleransi terhadap orang yang berbeda suku, agama, etnis, adat dan budaya. Let me share my stories and experiences of tolerance. 

Didoakan oleh Pendeta dan Jamaat-nya

Based on my mom story. Ketika masih bayi, saya sudah menjalani berbagai macam operasi. Waktu itu di rumah sakit tempat saya dioperasi, Ayah saya bertemu dengan orang Papua yang baru saja mengalami kecelakaan. Tahun 80-an, belum secanggih sekarang, jika ada musibah bisa langsung menghubungi sanak saudara. Di masa itu, boro-boro smartphone, telepon rumah pun masih jarang. Akhirnya Ayah menawarkan bantuan untuk menemui sanak sodara korban kecelakaan tersebut. Kebetulan korban memiliki saudara di Makassar, tepatnya di daerah Daya. 

Singkat cerita, korban berhasil bertemu dengan saudaranya di rumah sakit. Saudara korban ternyata adalah seorang pendeta. Sebagai ungkapan terima kasih kepada Ayah saya, sang pendeta ingin mendoakan saya sebelum menjalani operasi. Setelah orang tua saya berkonsultasi dengan saudara yang lebih paham tentang agama, mereka pun mengizinkan agar saya didoakan oleh pendeta tersebut bersama beberapa jamaatnya.   

Didoakan oleh Bos Non Muslim

Sebelum resign dan merantau ke Jakarta untuk berkarir sebagai ASN, saya bekerja sebagai karyawati di salah satu perusahaan ekspedisi peti kemas. Ownernya sangat baik, terus terang saya betah bekerja disana. Di hari terakhir saya bekerja, sebelum pulang, bos saya ingin mendoakan saya. Saya merasa terharu, baru kali ini saya resign dari perusahaan dan bosnya dengan ikhlas hati melepas saya dengan doa. "Nunu, berdoa sesuai keyakinanmu, saya berdoa sesuai keyakinan saya" kata beliau. 

Masha Allah, indahnya toleransi!

Terkait hukum dalam Islam jika didoakan oleh non muslim, silakan cari di Google ya. Sejauh yang saya tahu boleh-boleh saja, tetapi ada syarat-syaratnya.

Berteman dan Bergaul dengan Teman-Teman Non Muslim  

Meskipun saya penyandang disabilitas, orang tua saya tak pernah menyembunyikan. Justru saya diajari bersosialisasi sejak dini, sering dibawa kemana-mana termasuk ke sekolah tempat Ibu mengajar. Ibu saya mengabadi selama 18 tahun di TK Katolik Santa Maria. Sekitar usia 3-4 tahun saya sudah bergaul dengan anak-anak non muslim dan ikut juga masuk ke kelas. Secara tidak langsung ibu saya mengajarkan toleransi dan inklusivitas kepada saya dan anak didik-nya.

Beranjak dewasa dan merantau, bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang membuat pergaulan saya lebih beragam. Teman main dan teman dekat saya ada beberapa yang non muslim.

Apakah ada masalah?
Tentu tidak, justru disanalah saya bisa merasakan indahnya toleransi. Misalnya ketika jalan ke mall bareng, ketika waktunya sholat teman saya dengan senang hati menemani hingga di depan mushola dan menunggu sampai kelar sholat.

Atau jika kami jalan di hari Minggu, teman saya punya jadwal ibadah sore, tentunya saya tidak menghalanginnya dong untuk ke gereja. 

Jika kami menginap sekamar di hotel, kami saling bertoleransi ketika saya akan sholat/baca Al-Quran ataupun ketika teman saya akan berdoa pagi, membaca Al-Kitab ataupun mendengarkan lagu rohani.

Kalau bagi saya, toleransi terhadap hal-hal tersebut tidak masalah karena mendengarnya pun Insya Allah tidak akan mengurangi rasa keimanan saya terhadap Allah SWT dan Rasulnya. Semoga Allah terus menjaga keimanan dan keislaman saya.

Yang aneh adalah ada sebagian kecil dari masyarakat Indonesia yang anti ataupun merasa terganggu dengan rutinitas ibadah atau rohani agama lain. Bahkan ada yang lebih fanatik lagi, memblok lingkungannya agar tidak ada agama lain selain agama mereka yang tinggal disana. Ada rasa takut, khawatir, dan curiga berlebihan.

Justru menurut saya ketika kita mengaku beriman dan taat dengan agama yang dianut tentunya harus dibarengi dengan sikap toleransi terhadap orang yang berbeda agama dengan kita. Rasulullah saja memberikan teladan kepada kita tentang cara bertoleransi. Mengapa kita tidak mencontohnya? 


Berada di Lingkungan yang Berbeda Suku dan Adat Istiadat

Saya asli Bugis, meskipun begitu di keluarga besar saya cukup beragam dan open minded. Tidak seperti orang Bugis zaman dulu dimana harus menikah dengan sesama orang Bugis bahkan sesama sepupu juga dinikahi. Hal ini dilakukan katanya biar darahnya tidak bercampur dan hartanya tidak jatuh ke orang lain.

Orang tuaku membebaskan kami anak-anaknya menikah dari suku manapun, tidak harus dari suku yang sama. Wal hasil adik pertama saya menikah dengan perempuan berdarah Bugis Jawa, dan adik bungsu saya menikah dengan perempuan berdarah Jawa. Ayah sambung saya juga berasal dari suku melayu Belitung. 

Ketika adik-adik saya menikah, terjadilah akulturasi budaya. Pestanya memakai adat Bugis, Jawa, dan Belitung. Seru loh!

Pada waktu saya syukuran rumah di Bojong Gede, ibuku menyarankan agar melaksanakan syukuran sesuai dengan adat dan budaya penduduk setempat. Yang tentu saja acara syukurannya agak berbeda dengan adat di Makassar, dan saya melakukan saran tersebut. 

--------

Cukup buka mata, buka hati, buka tanganmu, dan saling bergenggaman. Berbeda bukan untuk saling bermusuhan, meskipun berbeda kita tetap bisa berjalan beriringan. 

Itu cerita pengalaman saya akan toleransi. 
Kalau kamu, bagaimana?

 





Dua Puluh Tiga Tahun yang Lalu

Sang mentari bersinar terang kala itu, merangkak naik, memancarkan teriknya. Panas, tapi tak menyurutkan semangat manusia untuk beraktifitas. Terik surya bagai berada diatas ubun-ubun bukan penghalang untuk terus berjuang demi hidup yang lebih baik.

Aku dan Tina turun dari  pete-pete angkutan umum khas kota daeng. Tiba tepat di depan gerbang sebuah sekolah kejuruan. Kami ABG (Anak Baru Gede) tanggung yang baru saja lulus SMP dan kami sedang mencoba peruntungan untuk mendaftarkan diri ke beberapa sekolah menengah terbaik di kota kami, Makassar. Kami melangkah maju, terlihat anak-anak seusia kami bergerombol di depan loket pendaftaran. Mereka juga membawa map berisi berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran, “saingan semua nih” kataku dalam hati. Beberapa menit kemudian mereka bukan sainganku lagi.

Kami ikut menunggu di depan loket untuk menunggu giliran. Seorang lelaki menyapa aku. Tampangnya lebih dewasa dan berpakaian rapi layaknya pegawai kantoran. “Dik, bisa minta waktunya sebentar? Sapanya ramah. “Iya, pak” Jawabku, agak kaget karena disapa dengan orang yang belum pernah ku kenal sebelumnya. “Kepala Sekolah ingin bicara, yuk ikut aku” Ajak pria tersebut. Aku agak awas dan deg-degan. Aku mengikutinya, berjalan menyusuri selasar-selasar yang perlahan mulai sepi dari keramaian para calon siswa. Sepanjang jalan aku bertanya-tanya  ada apa gerangan? Aku belum menjadi murid sekolah ini, kenapa aku sudah dipanggil ke ruangan kepala sekolah? Apakah aku ada salah?

Pria tersebut membuka pintu sebuah ruangan, aku ikut melangkah masuk. Aku belum pernah melihat ruangan kepala sekolah seluas itu, sofa tiga seat dan satu seat berada di sebelah kiri pintu, meja kerja kepala sekolah di seberangnya, dan lemari-lemari arsip berisi file bantex dan lemari pajangan berisi piala dan piagam menghiasi dinding-dinding ruangan tersebut. Kepala sekolah tersenyum ramah kepadaku dan mempersilahkan aku duduk di sofa. Saya pun duduk.

Bapak kepala sekolah tersebut sedikit berbasa-basi menanyakan beberapa hal tentang asal sekolahku, tinggal dimana dan bla…bla…bla… Kemudian beliau menerangkan tentang keunggulan-keunggulan sekolahnya. Beberapa menit kemudian baru mulai masuk ke inti pembicaraan. “Begini, kami tidak bisa menerima kamu bersekolah disini”. Ungkapnya. “Kenapa pak?” tanyaku penasaran, rasanya bagai disambar petir. Ternyata ini maksudnya aku dipanggil ke ruangan beliau. “Kami disini punya mata pelajaran komputer dan mengajarkan mengetik cepat sepuluh jari. Mohon maaf sebelumnya, melihat keterbatasan fisik yang kamu miliki kami takut nanti ketika proses belajar mengajar kamu terkendala dengan pelajaran tersebut” Bapak kepala sekolah mulai memperjelas maksud penolakannya. Hatiku mulai bergemuruh. “Tahun lalu kami mencoba menerima penyandang disabilitas. Dia sama seperti kamu, jari-jari tangannya kurang lengkap. Tetapi karena dia kurang bisa mengikuti pelajaran tersebut akhirnya dia keluar dari sekolah ini”. Sambungnya. “Kami tidak ingin hal yang sama terjadi lagi, jadi sebaiknya kamu coba cari sekolah lain saja ya”. Emosiku mulai memuncak, antara marah, kecewa, sedih, dan mencoba untuk kuat di depan Bapak kepala sekolahnya. Aku tak bisa berkata-kata, suaraku tercekat di tenggorokan karena menahan amarah dan tangis.

Keluar dari ruangan kepala sekolah, aku kembali menuju loket pendaftaran menghampiri Tina. Dia sudah selesai mengembalikan formulir dan berkas pendukung lainnya. Tina bertanya kenapa aku dipanggil, aku tidak menjawab. Kami berjalan keluar gerbang meninggalkan para sekumpulan remaja yang kini bukan saingan aku lagi, aku kalah telak, kalah sebelum memulai pertarungan.

Kami kemudian menaiki pete-pete, menuju salah satu SMA negeri yang juga menjadi target pendaftaran kami. Barulah diatas pete-pete itu tangisku meledak, sudah tidak bisa tertahankan lagi. Aku menangis sejadi-jadinya, aku tak peduli lagi dengan penumpang lain yang melihat. Aku menceritakan kepada Tina semua pembicaraan di ruangan tersebut. Dia mencoba menenangkan dan memberi semangat.

        

Roda Kehidupan Terus Berputar

Luka itu masih tetap ada hingga saat ini. Aku sakit hati, iya tentu saja! Marah, pasti! Tetapi diskiriminasi dan penghinaan yang aku alami tidak membuat aku down dan patah semangat hingga tidak ingin bersekolah lagi. Aku memilih memeluk luka itu dan mencoba memaafkan, menjadikannya energi untuk terus bertumbuh. Luka masa lalu tersebut menjelma menjadi motivasi untuk melawan berbagai stigma penyandang disablitas.

Ditolak masuk sekolah menengah kejuruan, aku akhirnya lulus di salah satu SMA Negeri di Makassar. Alhamdulillah, di sekolah tersebut aku mendapatkan guru dan teman-teman yang baik. Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah Diploma Tiga di salah satu kampus swasta di Kota Makassar dan mengambil jurusan Manajemen Informatika. Kenapa aku ambil jurusan itu? Pertama, karena sejak SMP aku memang selalu menyukai pelajaran komputer dan nilaiku selalu memuaskan di mata pelajaran tersebut. Kedua, aku ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa aku juga pandai mengoperasikan komputer meskipun kondisi jari jemariku tak sempurna. Komputer bukan hanya tentang mengetik cepat, terlalu picik jika komputer disamakan dengan mesin tik. Kinerja komputer bisa lebih hebat dari itu, dan setiap saat selalu ada perkembangan teknologi baru. Komputer bukan hanya sekedar mengetik di aplikasi Word dan Excel saja, tetapi apa yang aku pelajari di kampus lebih seru lagi, membuat program, melakukan rekayasa perangkat lunak, dan itu lebih asyik daripada urusan seni mengetik sepuluh jari.

Aku lulus Diploma Tiga tepat waktu dengan nilai cum laude dan menjadi mahasiwa terbaik di angkatanku. Alhamdulillah, sungguh membanggakan dan orang tuaku juga ikut senang dan bangga. Setelah itu aku bekerja di beberapa perusahaan swasta selama tujuh tahun. Di tahun 2015 aku lulus tes CPNS dan saat ini bekerja sebagai ASN di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan merantau sendirian di ibukota.

Dua tahun kemudian, aku melanjutkan studi Sarjana di salah satu kampus swasta jurusan Sistem Informasi, kerja sambil kuliah. Dari pagi hingga sore hari aku bekerja, kemudian sorenya lanjut ke kampus, belajar hingga malam hari. Capek memang, tapi aku menikmatinya. Aku tipe orang yang haus akan ilmu. Tahun lalu, Alhamdulillah, aku lulus beasiswa LPDP dan saat ini aku melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana di Telkom University.

Mitos terhadap penyandang disabilitas menghadirkan bias dan stereotype tentang ketidakmampuan mereka untuk bersekolah maupun bekerja. Aku ingin menunjukkan kepada orang-orang yang dulu memandangku sebelah mata bahwa aku tak seperti yang mereka pikirkan. Aku berdaya, aku mandiri, dan aku wanita yang kuat, dan melaju menembus batas keterbatasan. Balas dendam yang manis kan! 

        



Halo guys...

Kali ini saya pengen berbagi pengalaman tentang seminar yang saya ikuti minggu lalu, tepatnya pada tanggal 21 Juni 2023. 

Jadi ceritanya saya dapat undangan nih dari PROSPERA (Program Kemitraan Indonesia dan Australia untuk Perekonomian) bersama dengan Australian Tax Office (ATO) dalam lokakarya berbagi pengetahuan tentang Memajukan Ketenagakerjaan Penyandang Disabilitas di Layanan Publik: Menampilkan Praktik Baik dari Kantor Perpajakan Australia.

Di acara tersebut pemerintah Australia dalam hal ini ATO sharing nih tentang bagaimana mereka meningkatkan kesadaran tentang ketenagakerjaan penyandang disabilitas dalam pelayanan publik, berbagi praktik-praktik baik yang mereka lakukan di Australia. Selain itu diharapkan dengan adanya sharing ini bisa menjadi rekomendasi untuk ditindaklanjuti alias diterapkan di Indonesia, dengan fokus pada wawasan dan pengalaman dari ATO. 

Bertempat di Hotel Atlet Century Park, Senayan, seminar interaktif ini menghadirkan Ms. Ally Doyle. Beliau adalah Asisten Komisioner, Budaya dan Strategi Inklusi di ATO. Acara ini juga diisi dengan dikusi antara mitra pemerintah Indonesia dan Australia. Peserta undangan yang hadir paling banyak datang dari pejabat dan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal lainnya di Kementerian Keuangan. Selain itu terdapat juga beberapa kementerian terkait yang diminta untuk berpartisipasi dalam seminar tersebut antara lain Kementerian Koordinator Bidang Pembangungan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Badan Kepegawaian Negara, Komisi Nasional Disabilitas, dan Kantor Staf Presiden. Juga turut hadir Badan Layanan Umum Australia antara lain ATO, Kedutaan Besar Australia, Departemen Keuangan Australia, Kantor Audit Nasional Australia. Dan enam orang perwakilan dari ASN Disabilitas (ASN Iklusif) termasuk saya sendiri. 



Saya sempat mencatat beberapa keypoint dari presentasi Ms. Ally Doyle, sebagai berikut:


Diversity and Inclusion in the ATO (Keberagaman dan Inklusi di ATO)

Ms. Ally memaparkan pentingnya inklusi bagi penyandang disabilitas. Berdasarkan hasil riset ditemukan bahwa instansi atau perusahaan yang menerapkan keberagaman dan inklusi dalam proses bisnisnya justru akan mendapatkan banyak benefit, antara lain:

  • 2x lebih mungkin untuk memenuhi atau melampaui target keuangan
  • 3x lebih mungkin melaporkan bahwa tim mereka sangat efektif
  • 5x lebih mungkin merasa sangat puas dengan pekerjaan mereka
  • 8x lebih mungkin mencapai hasil bisnis yang lebih baik


Bagaimana menanggapi mitos terkait penyandang disabilitas?

Ms. Ally menerangkan bahwa mitos akan menjadi bias dan stereotypes. Ada banyak mitos terkait penyandang disabilitas yang menyebabkan mereka kurang diterima dalam dunia kerja. Ada beberapa mitos terkait disabilitas, yaitu:

  •         Mempekerjakan penyandang disabilitas memerlukan biaya yang tinggi
  •         Penyandang disabilitas memiliki produktivitas yang rendah
  •         Penyandang disabilitas lebih tinggi turnover rate-nya (persentase karyawan yang berhenti di perusahaan)
  •          Penyandang disabilitas memiliki risiko terluka pada saat bekerja




Bagaimana cara mengatasi stereotypes?

  •         Mempekerjakan penyadang disabilitas
  •         Melakukan penyesuaian yang wajar seperti membuat tempat kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan disabilitas tersebut

Fakta lain yang diungkap oleh Ms. Ally terkait menciptakan tempat kerja yang aman untuk penyandang disabilitas, perusahaan atau organisasi tidak akan rugi jika membangun tempat kerja yang memiliki aksesibilitas karena fasilitas tersebut bisa meningkatkan kemaanan bukan hanya penyandang disabilitas tapi juga semua orang yang ada di perusahaan tersebut.

Selain itu manajer ataupun pimpinan level atas harus meningkatkan pemahaman tentang penyandang disabilitas dan harus membuat penyesuaian yang wajar bagi karyawan dengan disabilitas untuk mengetahui dan mendapatkan potensi mereka sehingga mereka bisa lebih produktif. 

Partisipasi pegawai atau karyawan dengan disabilitas perlu ditingkatkan. Dalam hal kegiatan kantor karyawan penyandang disabilitas juga harus dilibatkan dalam survey dan ikut berpendapat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan

 

Tindakan Para Pemimpin yang Sangat Inklusif

Keingintahuan:

- Merefleksikan identitas Anda sendiri dan ingin tahu tentang orang lain

- Karena jauh dari bias Anda sendiri dan termotivasi untuk mengatasinya

- Merefleksikan komunikasi Anda di seluruh identitas sosial dan tempat kerja

 

Tantangan

- Mendeteksi pengaruh stereotip yang tidak kentara

- Menantang stereotip berbasis identitas dan pengambilan keputusan yang bias dengan penuh hormat

- Bersikaplah rendah hati terhadap kemampuan Anda sendiri dan undanglah kontribusi orang lain


Komitmen

- Mengambil tanggung jawab pribadi untuk perubahan

- Mengartikulasikan komitmen Anda & dengan berani menantang status quo

- Mendidik diri sendiri dan para pemimpin lain tentang manfaat dari rasa ingin tahu dan keterbukaan

 


Selesai pemaparan dari Ms. Ally, acara seminar dilanjutkan dengan sesi Q&A. Saya juga sempat bertanya tentang bagaimana cara mengurangi stereotypes terhadap disabilitas (dari sisi pegawai dengan disabilitas). Menjawab pertanyaan saya, Ms. Ally memberikan saran bahwa sebaiknya kami membuat sebuah video terkait kumpulan prestasi ataupun video yang menunjukkan pegawai dengan disabilitas itu sedang bekerja dengan melakukan hal tersebut bisa menginspirasi dan juga menciptakan kesadaran bahwa penyandang disabilitas juga bisa bekerja seperti pekerja lain tentunya dengan melakukan penyesuaian yang wajar. 

Selanjutnya ditutup dengan diskusi kelompok dengan teman-teman semeja dipandu oleh dari panitia PROSPERA. Kami mendiskusikan terkait insight apa yang kami dapatkan dari acara ini, perubahan-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan di kantor masing-masing, dan sebagainya.

Saya memberikan beberapa saran salah satunya adalah "selain keterbukaan dan kebijkan dari pemerintah untuk mempekerjakan pegawai dengan disabilitas serta memberdayakan mereka, hal yang terpenting adalah kesiapan dari pihak penyandang disabilitasnya. Jangan sampai kebijakan telah dibuat dan disahkan, peluang terbuka selebar-lebarnya tetapi dari penyandang disabilitasnya sendiri belum siap. Contohnya sudah dibuka rekruitmen atau formasi CPNS untuk disabilitas tapi sayangnya pendaftarnya tidak ada atau kurang peminat. Jadi ada kesiapan dan kontribusi dari dua sisi"

Menimpali pendapat saya tersebut, salah seorang widyaiswara dari BPPK Kementerian Keuangan menambahkan bahwa "untuk bisa diterima dengan baik di dunia kerja, penyandang disabilitas juga perlu menambah skill-nya".

Diskusi yang seru, sayangnya kita dibatasi oleh waktu. Sebuah pengalaman luar biasa mengikuti seminar tersebut. Selain nambah wawasan dan juga ilmu bisa menambah networking juga. Semoga saya bisa berpartisipasi lagi di seminar berikutnya.


Semoga bermanfaat! 

 



Tak terasa sudah dua belas tahun blog ini hadir di dunia maya. Awal buat blog niatnya biar bisa pasang banner iklan MLM yang saya join kala itu. Bulan-bulan pertama isinya hampir 90 persen artikel copy paste, 10 persen curhat-curhatan nggak penting. Setelah bergabung di komunitas bloger dan banyak belajar tentang blogging, kepenulisan, dan serius membangun blog akhirnya artikel-artikel copy paste tersebut saya hapus. 

Mulai belajar menulis ya dari blog. Dulu hampir tiap hari saya menerbitkan artikel-artikel baru, sebegitu rajinnya saya. Boleh di bilang blog ada titik balik dalam hidup ketika saya sedang menghadapi masa-masa sedih setelah Ayah berpulang ke Maha Pencipta dan di saat yang sama mengalami Quarter Life Crisis. Blogging membuat saya menemukan sebuah semangat baru.

Waktu itu saya merasa hidup saya flat, mungkin mirip dengan kaum muda kebanyakan, setelah lulus kuliah bekerja, pergi pagi pulang sore dan circle pertemanan saya itu-itu saja. Bored!

Blogging memberikan saya aktifitas baru dan mengantarkan saya ke sebuah pintu menuju dunia yang berbeda. Dunia itu membuat saya lebih membuka diri dengan teman-teman yang belum pernah saya kenal sebelumnya baik di komunitas blog maupun kepenulisan. Begitupun dengan wawasan dan ilmu menjadi bertambah. Bagaimana dengan materi? Waktu awal ngeblog saya tidak memikirkannya sama sekali. Nothing to lose saja.

Menjadi content creator dengan menggunakan platform blog adalah hal yang menyenangkan. Menulis artikel tentang ilmu yang kita pahami, pengalaman bermakna yang sudah dilalui, tips dan trik, review ataupun reportase bukan hanya sekedar menulis untuk diri pribadi dan menyimpannya di blog sebagai arsip tetapi tulisan yang di publish tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain. Ketika ada yang mengomentari postingan saya dan mengatakan menemukan solusi ataupun merasa terinspirasi, disitulah ada rasa puas  yang tidak bisa dinilai dengan materi.



Faktor pendukung terpenting yang menemani blog saya dari masa ke masa adalah internet. Tanpa jaringan komunikasi tersebut mungkin tulisan saya hanya ada di kepala lalu menguap seiring waktu atau mungkin juga hanya sekedar curhatan di buku diary dan ketika sudah usang akan dibuang oleh ibu saya karena memenuhi gudang. Kini dengan adanya blog, tulisan saya masih tersimpan rapi dan menjadi sebuah history yang setiap saat bisa saya baca ulang.

Blog saya berkembang seiring kemajuan internet. Kalau dulu saya hanya bisa mengakses internet di rumah, di kantor, dan di warnet, kini mudah menemukan spot-spot Wifi. Salah satu spot wifi yang wajib didatangi adalah Wifi.id Corner dari perusahaan sebuah layanan dari perusahaan Internet Provider, Telkom Indonesia. Jaringan Wifi.id sudah tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya mendapatkan akses internet terbaik tetapi Wifi.id Corner menawarkan customer experience yang membuat kita betah untuk duduk berlama-lama. Selain menikmati koneksi internet yang cepat kita bisa sambil memesan makanan dan minuman. Seperti Wifi.id Corner yang ada di Gegerkalong Hilir, tempatnya dibuat cozy dan ala-ala Jepang.



Telkom Indonesia sebagai perusahaan internet provider terbesar di Indonesia selalu memberikan berbagai inovasi layanan bagi pelanggannya. Kini layanan Wifi.id sudah terintegrasi dengan IndiHome. Bagi teman-teman yang sudah berlangganan IndiHome bisa banget untuk mencoba produk add-on Wifi.id Seamless. Keunggulannya adalah kita bisa menikmati koneksi otomatis ke ribuan titik Wifi.id dengan kecepatan internet hingga 100 Mbps dengan harga yang sangat murah, hanya Rp. 10.000 per bulan, tanpa harus memasukkan username dan password berulang kali. Untuk mengetahui cara berlangganan add-on Wifi.id Seamless bisa melalui website IndiHome, silakan klik di sini.

Dengan hadirnya berbagai layanan tersebut, para content creator bisa terus berkreativitas tanpa batas dan berkonten ria bersama IndiHome.

 

 

 

 

 

  

 

 

   

 




"Mbak Nunu kapan ke Bandung? aku pun belum cari kosan". Annisa mengirimkan pesan kepada saya via Whatsapp. 

"Nah ini, saya masih cari-cari waktu yang tepat buat cek kosan di sana. Kalau cari dari aplikasi tanpa lihat langsung rasanya kurang afdhol" Balasku. Waktu itu saya masih sibuk bekerja, paling bisa ke Bandung ketika Weekend saja.
 
"Kalau di kawasan dekat UPI lumayan jauh dari kampus Tel-U, takut kurus kalau jalan kaki wkwkwk". Annisa melanjutkan pesannya, menyarankan "jangan cari kosan dekat UPI".

"Kampus Tel-U Gegerkalong dekat nggak dengan Daarut Tauhid? saya tahunya Gerlong ya Daarut Tauhid". Tanyaku, maklum saya bukan orang Bandung, pernah beberapa kali ke Bandung tapi belum hafal betul jalan di kota kembang tersebut. 
 
"Lumayan jauh dari sini mbak, 1-2 Km ada mungkin". Ungkapnya. 

"Yah lumayan". Saya menimpali chat Annisa.

"Tapi sebenarnya enak ya mbak kalau kosannya dekat Daarut Tauhid. Bisa sering ikut pengajian tapi ya itu jalan kakinya lumayan". Balasnya. Ada kegalauan tersendiri ketika mencari kosan, banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

"Wkwkwk betul, paling naik ojek. Btw, kisaran harga kosan di sana berapaan?". Tanyaku. 

"Kemarin sempat cek ada yang 750 ribu sampai dengan 1,2 juta". Annisa memberitahukan hasil survei kosan yang dilakukannya beberapa waktu lalu. 
 
"Bervariasi ya. Kalau saya cari kosan biasanya nanya ke pemiliknya apakah ada WiFi atau tidak? WiFi-nya kencang atau lemot?". Menimpali pesannya. Internet memang sudah jadi kebutuhan primer bagi saya. Nggak ada internet jadi mati gaya.

--------

Akhirnya awal bulan Februari lalu, saya janjian dengan Annisa ketemuan di kota Bandung untuk bareng-bareng mencari kosan. Saya dan Annisa sama-sama awardee LPDP tahun 2022 dan kampus pilihan kami juga sama yaitu Telkom University. Oh iya, ini kali pertama kami bertemu di darat, biasanya cuma saling chatting di dunia maya. Awal perkenalan kami ketika sama-sama mengikuti kegiatan Persiapan Keberangkatan LPDP. Kami pun menuju kampus Telkom University, tidak perlu waktu lama kami sudah menemukan kosan yang cocok. Alhamdulillah, bisa dapat kosan yang murah, dekat banget dari kampus, dan yang terpenting ada fasilitas WiFi.

Mengapa Internet Begitu Penting Bagi Saya?

Internet selalu menjadi bagian dalam aktifitas keseharian saya sebagai:
  1. Manusia yang perlu bersosialisasi, berkomunikasi dan hiburan
  2. Karyawati tentunya internet akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kantor
  3. Mahasiswa yang sedang menempuh studi S2 akan butuh banget akses internet yang cepat untuk mendukung proses belajar baik itu perkuliahan dan mengerjakan tugas. Meskipun kuliah sudah tatap muka tetapi terkadang masih ada kuliah daring via Zoom dan pembelajaran juga memakai Learning Management System.
  4. Content Creator, tentunya internet menjadi faktor pendukung utama untuk memudahkan proses kreatif saya. 

Menerima Tantangan Menjadi Video Creator dari Persiapan Keberangkatan (PK) LPDP


Dua belas tahun sudah saya menjadi seorang Bloger. Saya sangat senang bisa menjadi content creator, sesuatu yang sangat berharga bisa berbagi cerita, pengalaman, ilmu, tips dan trik melalui blog pribadi. Begitu banyak hal positif yang saya dapatkan dari blog seperti pertemanan, relasi, pengalaman, wawasan, dan bonus materi.

Menurut Devans Dhiman dalam bukunya How to Become a Content Creator - The 9's Tip's for a Successful Content Creator "Content creator produces entertaining or educational material that caters to the interests and challenges of target audience. The content he/she produces can take many forms, including blog posts, videos, ebooks, photos, and infographics. Today, business employ content creators to engage new and existing customers on the brand's behalf"

Bulan Januari lalu saya mengikuti program Persiapan Keberangkatan LPDP Angkatan 197 Swarna Wastra dan dipercaya menjadi ketua tim Video di divisi Sosial Media PK-197. Awalnya saya ingin join ke kepengurusan untuk membantu mengelola akun Instagram. Karena timnya sudah full, jadinya saya ditawarkan masuk ke tim Video. Awalnya saya merasa kurang percaya diri, soalnya skill editing video saya nggak jago-jago banget dan pengalaman terkait membuat konten video masih terbilang minim. Kadang-kadang saja iseng edit video dari aplikasi di smartphone ataupun aplikasi Video Editor bawaan Windows.

"Apa salahnya mencoba, saya bisa learning by doing. Hitung-hitung bisa meningkatkan skill baik itu editing video dan leadership, serta saya bisa membangun networking dengan teman-teman awardee LPDP". Saya mengafirmasi diri sendiri. Sebuah tantangan mencoba platform lain selain blog untuk berkarya dan berkreatifitas. Bismillah, Pasti Bisa! 

Sedikit selayang pandang tentang Persiapan Keberangkatan. Mengutip dari halaman situsnya LPDP, Persiapan Keberangkatan adalah sebuah program kegiatan pembekalan wajib kepada para penerima beasiswa LPDP. Tujuan dari program ini adalah untuk saling mengenal antar peserta, memberikan bekal soft skill, wawasan kebangsaan dan karakter kepemimpinan.

Selama pra PK, PK, dan pasca PK tugasnya lumayan banyak baik tugas individu ataupun tim. Untuk tim Video sendiri, kami dilimpahkan tugas membuat delapan jenis video dengan deadline yang mepet banget. Sebelum PK dimulai kami harus membuat video yang akan ditayangkan untuk acara pembukaan PK, yaitu:

  • Video Teaser Angkatan
  • Video Waiting dan Closing
  • Video Bumper Angkatan
  • Video Persembahan Pembukaan
  • Video Lagu Angkatan.  

Menjelang akhir PK kami harus membuat video yang akan ditayangkan untuk acara penutupan, yaitu:
  • Video Highlight Kegiatan Selama PK
  • Video Persembahan Penutupan

Pasca PK pun masih ada video yang harus kami buat yaitu video kegiatan proyek sosial angkatan kami.

Behind The Scene Proses Edit Video (sumber: para anggota tim Video PK-197)

Video Behind The Scene Ketika Saya Edit Video (Sumber: Pribadi)


Wow, banyak ya video yang harus kami kerjakan. Untungnya tim Video bisa kompak dan bekerjasama dengan baik. Tim kami berjumlah dua belas orang termasuk saya. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengetahui sampai sejauh mana skill editing video yang dimiliki oleh teman-teman di tim saya dan aplikasi apa saja yang sering mereka gunakan. Ternyata di tim kami tidak semuanya punya skill editing video. Agar timnya berjalan efektif dan semua orang mendapatkan tugas, saya membentuk tim-tim kecil lagi, yaitu:

  • Tim Pengumpulan Video dan Gambar (3 orang): bertugas mengumpulkan bahan-bahan berupa gambar dan video untuk memperkaya video kami. Selain itu bertugas untuk melakukan dokumentasi selama kegiatan PK berlangsung
  • Tim Pengumpulan Data dan Informasi (3 orang): bertugas mengumpulkan data dan informasi yang nantinya akan ditambahkan ke dalam video. Selain itu juga bertugas untuk melakukan dokumentasi selama kegiatan PK berlangsung
  • Tim Editing (5 orang): bertugas untuk mengedit video
  • Tim Finishing (1 orang): mengevaluasi video yang sudah dibuat, menyetorkan video ke tim LPDP dan melakukan upload ke Youtube channel PK-197.

Untuk tim editing, karena banyak video yang harus kami edit dengan batas waktu yang pendek, setiap editor kebagian satu video untuk diedit, termasuk saya. Karena kegiatan PK berlangsung secara daring selama 2 minggu maka untuk dokumentasi kegiatan PK, saya mengerahkan dua tim untuk melakukan tugas tersebut dan membuat jadwal piket dokumentasi.
  
Setelah membagi tim dan tugas masing-masing, saya membuat to do list dan deadline untuk video yang dibuat. Agar koordinasi bisa lebih mudah, saya membuat Whatsapp group dan beberapa kali melakukan Zoom meeting. Selain kerja sama internal, kami juga melakukan kerja sama eksternal dengan tim-tim lain di angkatan kami seperti tim kreatif dan teknis acara, tim desain, tim kesekretariatan, tim proyek sosial, dan tim lainnya.

Masya Allah, seru sekali bisa bekerja sama dan berkolaborasi dengan teman-teman awardee. Anak-anak muda yang sungguh bertalenta, kreatif dan penuh dengan ide brilian. Meskipun hanya berinteraksi lewat dunia maya dan dengan segala keanekaragaman yang ada di angkatan kami (berbeda latar belakang pendidikan, suku, profesi dan usia) kami mampu untuk saling bekerja sama, bergotong-royong dan bersinergi dengan baik untuk menyukseskan kegiatan PK. Saya belajar banyak dari mereka, sungguh pengalaman yang sangat berharga!

Jika teman-teman pembaca blog ingin melihat karya-karya video teman-teman PK-197, silakan berkunjung ke channel Youtube kami. 

Youtube Channel PK-197

Karena Internet Mendukung Kreatifitas dan Berkarya Tanpa Batas 


Konten video yang saya buat bersama teman-teman awardee LPDP tentunya didukung dengan adanya  internet. Itulah alasan ketika pindah ke Bandung, saya mencari hunian yang menyediakan fasilitas WiFi dengan koneksi yang cepat untuk mendukung berbagai kegiatan saya. Meskipun kegiatan PK sudah berakhir tapi tim Video masih punya satu tugas yang belum selesai yaitu Video Proyek Sosial.

Proyek sosial ini dilaksanakan dua minggu setelah PK berakhir dan kami menunggu dokumentasi dari tim proyek sosial untuk mengedit videonya, artinya saya sudah berdomisili di Bandung ketika akan mengerjakan video tersebut. Selain itu masih ada beberapa video yang belum di upload ke Youtube. 

Penampakan Modem di Kosan Saya  (sumber: pribadi)


Meskipun harus berbagi koneksi dengan lima belas penghuni kos lainnya, kecepatan WiFi di kosan saya kencang dan stabil. Saya coba melakukan Test Speed, hasilnya berkisar 45-50 Mbps. Setelah nanya ke ibu kos, ternyata internet di kosan memakai internet provider dari Telkom Indonesia yaitu produk layanan IndiHome. Ibu kos memilih paket bundle internet plus telepon rumah. Asyik banget, selama di Bandung saya bisa berkonten ria bersama IndiHome.

IndiHome menawarkan berbagai pilihan paket internet unlimited yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan budget pelanggan, paket tersebut antara lain: Paket Promo, Paket High Speed, Paket 3P dan Paket 2P.  Oh iya, pilihan paket ini bisa berbeda di tiap kota. Jika ingin tahu di kota kalian tersedia paket IndiHome apa saja, bisa cek di situsnya IndiHome.

Berdasarkan hasil survei APJII tahun 2022, IndiHome adalah penyedia layanan fixed broadband yang paling banyak digunakan di Indonesia sebesar 67,54 persen. Wah, ternyata memang IndiHome sangat diminati oleh masyarakat Indonesia ya. Saat ini layanan IndiHome sudah ada di 499 dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dengan penetrasi layanan secara nasional sebesar 97 persen. Telkom Indonesia sebagai perusahaan internet provider terbesar di Indonesia gencar membangun infrastruktur telekomunukasi dari Sabang sampai Marauke agar bisa mewujudkan masyarakat digital yang lebih sejahtera dan bersaing. 

Melihat tingginya penetrasi internet di Indonesia, hal ini tentunya akan menciptakan jutaan peluang dan mewujudkan kreatifitas tanpa batas di era digital saat ini, terutama bagi content creator. Buat kalian yang masih maju mundur dan malu-malu untuk menunjukkan bakat kalian, yuk saya tantang jadi content creator, berani nggak?




sumber:

https://www.telkom.co.id/data/lampiran/1655430363223_TLKM%20Info%20Memo%201Q22.pdf

https://telkom.co.id/sites/wholesale/id_ID/news/hadirkan-konektivitas-di-seluruh-negeri-demi-wujudkan-kedaulatan-telekomunikasi-1201

https://www.indotelko.com/read/1672575607/q3-2022-pelanggan-indihome-tembus-di-angka-9-juta

https://lpdp.kemenkeu.go.id/informasi/berita/tiga-tahun-vakum-persiapan-keberangkatan-awardee-lpdp-kembali-diadakan-secara-luring

https://www.indihome.co.id/paket/daftar

Buku How to Become a Content Creator - The 9's Tip's for a Successful Content Creator












 




Wadidaw.... 
4 bulan lebih blogku ga ada postingan sama sekali. Kasian... sudah penuh dengan sarang laba-laba ya!
yuk...yuk...bisa yuk... diisi lagi blognya. Sayang sudah bayar domain ga dipakai.

Selama beberapa bulan ini adalah masa-masa tersibuk dalam hidup saya. Akhir tahun kemarin di bulan Desember saya sibuk dengan pekerjaan di kantor, maklum akhir tahun, teman-teman yang kerjanya di bagian keuangan pasti tahu bahwa Desember adalah bulan tersibuk sepanjang tahun, lembur sampai jam 9 sampai 10 malam itu sudah biasa.

Bulan Desember juga saya sibuk untuk ngurusin berbagai hal terkait proses administrasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister. Alhamdulillah akhir November lalu saya di terima di Magister Management Telkom University. Serta sibuk ngurusin berbagai hal terkait beasiswa LPDP.

Di saat bersamaan di akhir tahun saya lagi riweuh ngurusin pembelian rumah dan pindahan. Capek pindah-pindah kosan melulu selama hampir 8 tahun, Alhamdulillah saya memutuskan untuk membeli rumah sendiri. Karena rumah yang mau saya beli di daerah Bojong, jadi tiap weekend saya bolak-balik Jakarta-Bojong untuk ngurusin tetek bengek rumah baru. Alhamdulillah, di penghujung tahun 2022, rumahnya sudah saya tempati.

Memasuki bulan Januari, awal tahun tetap saja banyak kerjaan. Saya harus menyelesaikan pekerjaan sebagai Bendahara Pengeluaran baik itu laporan pertanggung jawaban Desember 2022 dan juga pekerjaan lainnya terkait perbendaharaan sebelum saya melepaskan jabatan tersebut dan menempuh studi S2 (cuti tugas belajar selama 2 tahun dari pekerjaan saat ini). 

Di pertengahan Januari juga harus ikut kegiatan Persiapan Keberangkatan LPDP (PK LPDP) selama 2 minggu.  Saya bergabung di PK-197 Swarna Wastra, kegiatannya online dari Senin sampai dengan Jumat, dari pagi hingga sore hari. Selama PK tugas individunya lumayan banyak dan juga saya masuk ke pengurusan PK-197 sebagai ketua tim video di divisi sosial media. Jadi pra PK sampai dengan pasca PK ada beberapa video yang harus kami buat, di setorkan ke pihak LPDP, dan posting ke Youtube Channel PK-197 Swarna Wastra.

Memasuki bulan Februari, saya masih tetap kerja selama 2 minggu (masih ada audit BPK, menyiapkan dokumen-dokumen yang mereka minta + sharing knowledge ke pengganti saya). Sebelum memulai cuti tugas belajar, weekend saya bolak-balik Bandung untuk nyari kosan, matrikulasi (semacam kuliah pengantar terutama bagi yang jurusan beda dengan jurusan yang diambil ketika S2), dan pindahan ke Bandung. (Yah... sayang dong rumah di Bojong di tinggal). Tanggal 20 Februari sudah mulai kuliah perdana. Yeayyy... jadi mahasiswa lagi eike.

Selama dua bulan kuliah, saya merasa bisa lah sambil ngonten dan produktif lagi untuk ngeblog. Sesuai janji saya di esai yang saya buat ketika apply beasiswa LPDP, bahwa saya akan banyak berbagi di blog pribadi terkait beasiswa LPDP dan pengalaman studi saya selama S2. Sudah kepikiran nih mau nulis apa saja. 

Bismillah, doakan saya konsisten ya untuk selalu mengisi blog ini dengan tulisan yang bermanfaat buat teman-teman.


Sekian dulu curhatan saya ^^
Have a nice day :) 



Newer Posts Older Posts Home

Verified Blog

Seedbacklink

Search This Blog

ABOUT ME

POPULAR POSTS

  • FOODCRAFT MULTIGRAIN, Sumber Makanan Sehat dan Kaya Serat
  • Review Novel Me Before You, Ketika Cinta Saja Tak Cukup
  • REVIEW FILM PESANTREN IMPIAN
  • Pustaka Kampung Impian: Menyalakan Literasi di Ujung Barat Nusantara
  • Give Away Blog Nunu Sang Pemimpi
  • My Blogging Journey, Karena Hidup adalah Belajar dan Berbagi
  • [Review] Film Uang Panai Maha(R)L, Fenomena Sosial yang Diangkat Ke Layar Lebar
  • Sulitnya Mendapatkan Surat Keterangan Jenis Disabilitas
  • Kartunet Kampanye Aksesibilitas Tanpa Batas | Menengok Aksesibilitas Di Kota Makassar
  • Cara Meletakkan Label Pada Menu Navigasi
Powered by Blogger.

Followers

Labels

agritech ai aksesibilitas artificial intellegence asuransi asus Award baju distro baju lebaran Bantimurung Objek Wisata Terbaik Di Sulawesi Selatan BCA beasiswa lpdp berbagi bihun goreng blockchain blogger Blogger Nusantara Blogger Perempuan bloggerday blogging blogholicid bloglicious bodysuit bts bubur bubur manado budaya Buku busana muslim buzzer casio cerita challenge cheddar cloud computing Curhat Descendants of The Sun digital digitalisasi disabilitas Disclosure doa anak doa bangun tidur drama korea E-Business e-voting Email film fotografi gadget galaukan setan Gerak Jalan Santai handsock hijab HUT Sulawesi Selatan IndiHome indonesia Info Info. Blogging inovasi internet internet provider iot job review kartu AS kecerdasan buatan keju kesehatan Kipas Angin Miyako klinik komunitas kopdar kraft Kucing Kuliah kuliner laptop LAPTOP GAMING lebaran Lomba lpdp makanan indonesia makassar manado maros masyarakat media Media Sosial medikids Mind Miss Deaf mom blogger Monetize multigrain musik Nunu Nunu Amir Nunu Talk oreo other pandangan pantai losari pemilu pengalaman personal branding Pesantren Impian Puisi pustaka kampung impian radio ramadhan RBT religi reportase resensi buku resep Resolusi Juara review robotic robotic process automation samsung galaxy s6 samsung galaxy s6 edge sehat Sekolah Blog SEO sharing sinarmas slice of life smart contract smartphone Social Media Song Hye Kyo Song Joong Ki sosial sponsored post startup strartup surat cinta untuk kartini tabungan online telkom university TelkomIndonesia Teman Wajib Anda time toefl toleransi Tourism transformasi digital traveling tutorial Tutorial Blog Tutorial Web Design uang panai unik uricran useetv video waktu webinar website wonderful Workshop Writing zenfone 9

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (35)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (12)
    • ►  February (7)
    • ►  January (9)
  • ▼  2023 (7)
    • ▼  August (2)
      • Ini Dia 7 Alasan Kenapa Harus Studi S2 di Telkom U...
      • Cerita tentang Indahnya Toleransi
    • ►  July (2)
      • Balas Dendam yang Manis
      • Being A Representative At Advancing Disability Emp...
    • ►  May (2)
      • Berkonten Ria Bersama IndiHome dan Wifi.id Seamless
      • Ditantang Menjadi Video Creator, Yay or Nay?
    • ►  April (1)
      • Postingan Perdana di Tahun 2023, Ngapain Saja Sela...
  • ►  2022 (35)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (6)
    • ►  August (6)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (1)
    • ►  February (5)
    • ►  January (3)
  • ►  2021 (22)
    • ►  December (2)
    • ►  November (6)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2020 (18)
    • ►  November (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2017 (26)
    • ►  July (4)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (75)
    • ►  December (2)
    • ►  November (14)
    • ►  October (8)
    • ►  September (13)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
    • ►  June (13)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (3)
  • ►  2015 (18)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2013 (32)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (7)
    • ►  January (3)
  • ►  2012 (46)
    • ►  December (1)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (6)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (6)
    • ►  March (4)
    • ►  February (6)
    • ►  January (6)
  • ►  2011 (57)
    • ►  December (4)
    • ►  November (13)
    • ►  October (14)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (8)
    • ►  June (7)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)

Sidebar Ads

Total Pageviews

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template